Produser film Muhammad Zaidy mengatakan awalnya tergugah memproduksi film ini karena adaptasi dari novel yang sangat kaya dengan muatan sosial-politik. Apalagi kisahnya terjadi di era presiden Soeharto.
Bukunya sendiri memang mengangkat tema-tema tersebut. Termasuk soal adagen seks yang terbilang cukup vulgar.
Zaidy mengaku adegan seks dalam film itu sangat relevan dengan kondisi saat ini. Dimana Iteung dan Ajo adalah korban pelecehan seks di masa lalu. Mereka sama-sama punya trauma.
Zaidy mengatakan isu Toxic Masculinity seperti ini perlu dibahas. Termasuk soal impotensi yang bagi sebagian orang dianggap memalukan, namun ini tidak perlu dihindari.
Baca Juga:Kenang Mirdad Tak Hadiri Sidang Cerai, Pengacara Beri Penjelasan Begini
"Saya melihat hal ini perlu dibahas termasuk soal budaya patriarki di Indonesia yang menjadi bagian dari cerita film ini. Sangat relevan dengan kondisi hingga saat ini. Jadi adegan seks itu bukan untuk cari sensasi atau erotisme, bukan," tukasnya.
Kontributor : Lorensia Clara Tambing