Seiring waktu berjalan, komunikasi keduanya intens dilakukan. Hingga berujung pada hubungan asmara. Walaupun NA mengetahui korban memiliki istri, namun hubungan asmara tetap berlanjut.
Namun, setelah terlibat cekcok dengan istri korban dan orang tuanya, tersangka kemudian sakit hati lalu pulang ke Jakarta untuk membuat skenario menjalankan aksinya.
"Tersangka NA sakit hati, karena diperlakukan kasar oleh orang tua dan istri korban. Kemudian meminta bantuan rekannya, serta merekrut beberapa orang di Jakarta dan Makassar. Maka terjadilah skenario pencurian dan kekerasan disertai penculikan ini," ungkap Jamal.
Korban saat itu dibawa mutar-mutar di kawasan Tanjung Makassar. Mata, wajah, dan tangannya dilakban. Bahkan dianiaya para pelaku selama perjalanan.
Baca Juga:Anggota Ormas Intimidasi Forum Solidaritas Mahasiswa Papua: Dicekik, Dipukul, Ditendang
Sejak itu, hingga 14 Agustus pelaku tidak tahu berada dimana. Nanti saat berada di wilayah perbatasan Manado-Gorontalo, korban baru diturunkan dalam keadaan telanjang.
Korban selanjutnya berjalan kaki hingga lima kilometer. Untuk mencari bantuan kepada warga setempat. Alhasil warga pun membantunya dan berhasil kembali ke Makassar.
Kemudian melaporkan kejadian itu ke kantor Polrestabes Makassar, serta divisum. Hasil visum ditemukan banyak lebam di tubuh korban.