Jadwal Upacara Pemakaman Rambu Solo Terbesar Toraja Bulan Oktober - November 2021

Pesta rambu solo di Toraja selalu dinantikan para wisatawan

Muhammad Yunus
Minggu, 24 Oktober 2021 | 07:50 WIB
Jadwal Upacara Pemakaman Rambu Solo Terbesar Toraja Bulan Oktober - November 2021
Pesta Rambu Solo di Toraja selalu dinantikan para wisatawan. Ritual adat ini adalah sebuah upacara pemakaman bagi suku Toraja yang sangat ramai [[SuaraSulsel.id / Istimewa]

SuaraSulsel.id - Pesta rambu solo di Toraja selalu dinantikan para wisatawan. Ritual adat ini adalah sebuah upacara pemakaman bagi suku Toraja yang sangat ramai.

Di Toraja, dalam hal kematian, upacara adat tidak boleh ditinggalkan. Melaksanakan upacara merupakan tanggung jawab seluruh anggota keluarga yang harus dipenuhi. Agar jiwa seseorang yang meninggal akan damai. Sehingga selamat meninggalkan dunia menuju dunia yang tentram di Puya.

Puncak upacara ini biasanya membutuhkan waktu 3-7 hari. Bahkan sampai dua minggu untuk kalangan bangsawan.

Jika berminat melihat langsung prosesinya, SuaraSulsel.id merekomendasikan pesta adat rambu solo terbesar yang bakal digelar bulan ini. Hal tersebut karena rambu solo ini digelar di lokasi wisata Ke'te' Kesu'.

Baca Juga:Daftar 8 Suku Sulawesi Selatan, Bukan Hanya Bugis dan Makassar

1. Ma'palele (22 Oktober 2021)

Prosesi ini adalah memindahkan jenazah. Biasanya jenazah diturunkan ke lumbung dan ditinggalkan semalam agar seluruh keluarga yang telah datang berkumpul dan tinggal bersama.

2. Ma'pasulluk (23 Oktober 2021)

Pada prosesi ini, semua kerbau yang di inventarisasi akan diberi nama. Namun pihak keluarga terlebih dahulu akan menggelar ibadah yang dipimpin oleh pendeta atau pastor.

Pesta Rambu Solo di Toraja selalu dinantikan para wisatawan. Ritual adat ini adalah sebuah upacara pemakaman bagi suku Toraja yang sangat ramai [[SuaraSulsel.id / Istimewa]
Pesta Rambu Solo di Toraja selalu dinantikan para wisatawan. Ritual adat ini adalah sebuah upacara pemakaman bagi suku Toraja yang sangat ramai [[SuaraSulsel.id / Istimewa]

Setelah ibadah, semua kerbau tersebut akan diarak mengelilingi tongkonan sebanyak tiga kali. Setelah itu diakhiri dengan membagikan daging babi yang sudah dimasak dan dikemas bersama pokon (arem-arem) kepada To Manglaa (gembala kerbau).

Baca Juga:Rekomendasi 10 Oleh-oleh Khas Makassar, Makanan, Kain Tenun hingga Handicarft

3. Mesimbuang/ Mangriuk Batu (25 Oktober 2021)

Mangriuk batu artinya menarik batu. Namun, batu yang ditarik bukan batu sembarang, melainkan batu megalitikum bernama Simbuang yang sudah dipahat menyerupai prasasti.

Masyarakat Toraja percaya batu simbuang sebagai unsur penting dalam pelaksanaan ritual rambu solo'. Hal tersebut menandakan bahwa yang meninggal adalah seorang bangsawan.

Batu simbuang itu ditarik oleh ratusan masyarakat. Penarik batu juga wajib dilakukan oleh laki-laki.

Batu terlebih dahulu dibalut dengan ijuk dari pohon nira dan batang pohon bitti. Kemudian ditarik menggunakan tali tambang yang dikomandoi oleh seorang tokoh adat.

Saat menarik, masyarakat akan mengumpat sambil berbicara kotor. Menurut mitologi setempat, dengan menyerapah seperti itu, batu akan terasa ringan dan dengan mudah bergeser.

4. Ma'pasilaga tedong (26-27 Oktober 2021)

Tahapan selanjutnya adalah ma'pasilaga tedong atau adu kerbau. Masyarakat Toraja percaya prosesi adat ini punya makna tersendiri.

Adu kerbau bakal jadi hiburan bagi pihak keluarga untuk menghapus duka karena ditinggal mati. Bagi orang Toraja, kematian memang boleh ditangisi, namun juga jadi kegembiraan karena mereka percaya kematian akan membawa manusia kembali menuju surga, asal-muasal leluhur.

Kerbau yang dilibatkan pun memiliki harga selangit, mulai dari puluhan hingga ratusan juta. Oleh sebab itu, tradisi ini hanya bisa dilakukan oleh keluarga yang memiliki status sosial yang tinggi.

Pesta Rambu Solo di Toraja selalu dinantikan para wisatawan. Ritual adat ini adalah sebuah upacara pemakaman bagi suku Toraja yang sangat ramai [[SuaraSulsel.id / Istimewa]
Pesta Rambu Solo di Toraja selalu dinantikan para wisatawan. Ritual adat ini adalah sebuah upacara pemakaman bagi suku Toraja yang sangat ramai [[SuaraSulsel.id / Istimewa]

5. Ma'palao (29 Oktober 2021)

Pada prosesi ini, jenazah diarak sambil berkeliling kampung. Setelah diarak, jenazah disemayamkan dan ditempatkan ke bagian khusus yang disebut Lakkean.

Sepanjang upacara ritual ini masyarakat Toraja terus mendoakan mendiang yang telah meninggal dalam nyanyian doa (badong). Ungkapan doa ini dinyanyikan bersahut-sahutan membentuk lingkaran dan bergandengan tangan.

Nyanyian dengan doa tersebut bernada sakral mendalam dan mengartikan doa bagi mendiang yang meninggal agar diterima kembali kepada Sang Pencipta.

6. Mantarima Tamu (30 Oktober 2021)

Mantarima tamu atau menerima tamu adalah acara ini. Proses ini menjadi bagian dimana keluarga menerima para tamu yang datang berduka. Biasanya prosesi ini digelar selama dua hari.

Biasanya para tamu membawakan sumbangan berupa hewan kurban seperti tedong atau babi sebagai bentuk air mata kepada keluarga yang berduka. Mantarima tamu terbuka bagi umum termasuk wisatawan. Namun disarankan untuk mengenakan pakaian hitam yang sopan untuk menghikuti prosesi upacara ini.

7. Mantunu (01 November 2021)

Setelah prosesi menerima tamu, pihak keluarga akan menggelar acara Mantunu atau penyembelihan tedong atau kerbau. Prosesi ini dipercaya dapat mempercepat arwah menuju kepada Sang Pencipta.

Penyembelihan kerbau dilakukan dengan cara sekali tebas dan cepat oleh orang yang terpercaya dan mahir. Setelah itu kerbau yang telah ditebas dibawa satu persatu ke tempat yang sudah diberi alas dedaunan dan dilakukan penyembelihan.

Jumlah sembelih dapat mencapai puluhan hingga ratusan ekor kerbau. Semakin banyak maka dilambangkan sebagai tingkatan sosial dan kebangsawan dari mendiang.

Bagi masyarakat Toraja, mereka memegang kehidupan dalam lorong altruistik dan tidak egois. Daging kerbau yang sudah disembelih kemudian dibagi rata ke masyarakat sekitar.

8. Ma'kaburu' (03 November 2021)

Prosesi adat terakhir adalah Ma'kaburu atau pemakaman jenazah. Mengakhiri upacara ini biasanya keluarga mendiang wajib untuk mengucap syukur kepada sang Pencipta sekaligus menjadi tanda selesainya acara pemakaman rambu solo'.

Mendiang akan diantar oleh pihak keluarga ke tempat peristirahatan terakhir. Biasanya disimpan di gua, tebing, atau juga dibuatkan sebuah kuburan berbentuk rumah yang disebut Patane.

Kontributor : Lorensia Clara Tambing

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini