Dengan Hormat Kampus Indonesia : 87 Persen Mahasiswa Salah Jurusan

Ahli observasi anak sekaligus penemu talents observation mengungkapkan hal mengejutkan dalam webinar

Muhammad Yunus
Sabtu, 18 September 2021 | 08:08 WIB
Dengan Hormat Kampus Indonesia :  87 Persen Mahasiswa Salah Jurusan
Universitas Hasanuddin menggelar Wisuda Periode IV Tahap 2 Tahun Akademik 2020/2021, Selasa 22 Juni 2021 [SuaraSulsel.id / Unhas]

Setelah lulus sekolah menengah atas (SMA), dia meneruskan pendidikannya di sebuah perguruan tinggi mengambil Jurusan Jurnalistik. Sebelum lulus, tepatnya Semester V, sebuah surat kabar ternama merekrut pada tahun 1986 meski dia tidak membuat surat lamaran kerja.

Dia menyadari bahwa keinginan kuat untuk meraih cita-cita tidak sekadar kehendak di dalam pikirannya, tetapi saat menempuh pendidikan formal merupakan bagian dari proses menuju impiannya. Pria kelahiran Kota Cirebon pada tahun 1964 itu kini bekerja di sebuah media nasional ternama milik negara.

Namun, tidak semua profesi seseorang itu sesuai dengan impiannya. Bahkan, menurut Educational Psychologist dari Integrity Development Flexibility (IDF) Irene Guntur, M.Psi., Psi., CGA, sebanyak 87 persen mahasiswa di Indonesia salah jurusan. Salah jurusan bisa memicu pengangguran.

Pernyataan Irene Guntur yang disiarkan sejumlah media daring (online) pada hari Selasa (25/2/2014) dijadikan bahan oleh ahli observasi anak sekaligus penemu talents observation Andri Fajria dalam seminar yang kali pertama luring (offline) di Bursa, Turki, Kamis (16/9) malam (WIB), sejak pandemi COVID-19 melanda dunia.

Baca Juga:Nah Lho! Polisi Dalami Dugaan Kelalaian PIP Semarang Atas Kasus Tewasnya Taruna

Dalam seminar bertajuk Kembangkan Kekuatan, Siasati Kelemahan yang diselenggarakan Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di Bursa, praktisi dan santri talents mapping ini berpendapat bahwa setiap orang terlahir membawa bakat masing-masing.

Bakat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bermakna dasar (kepandaian, sifat, dan pembawaan) yang dibawa sejak lahir.

Menurut Andri, bakat sebagai kumpulan/kombinasi dari sifat, potensi, dan peran yang secara alami mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu yang berhubungan dengan produktivitas kerja.

Tidak berbakat dalam suatu aktivitas, kata Andri, bukan berarti tidak dapat melakukan aktivitas tersebut. Namun, yang bersangkutan membutuhkan usaha yang lebih keras agar dapat melakukan aktivitas tersebut dengan baik.

Pemicu Bakat

Baca Juga:Kasus 10 Mahasiswa UNS Diamankan Polisi, Gibran: Kalau Mau Ketemu, Saya Fasilitasi

Jika belum menemukan bakat, tidak perlu khawatir karena bakat itu tidak hilang. Dia hanya tertidur, sampai ada trigger (pemicu) yang membangunkannya.

Andri memberikan contoh pengalaman hidupnya. Saat masih di bangku sekolah dasar (SD) kelas 1—3, Andri senang pelajaran mengarang. Gurunya sering memuji karangannya yang lebih bagus daripada teman-temannya. Namun, dia tidak pernah mengirimkan karangannya ke koran atau majalah.

Pada tanggal 3 November 2018, Andri melakukan sharing bakat di sebuah komunitas. Ternyata ada penerbit buku yang hadir dan sangat tertarik dengan penjelasan Andri mengenai observasi bakat anak usia dini.

Penerbit itu lantas menawarkan kerja sama pembuatan buku. Ternyata hanya dalam waktu 3 minggu buku tersebut terbit. Para pembaca memberikan testimoni bahwa buku tersebut mudah dipahami. Maka, menulis adalah bakat Andri yang terbangunkan kembali pada saat usianya 47 tahun.

Andri lantas menganalogikan tanaman yang menempati tanah yang sama dan mendapat siraman air yang sama. Namun, pada kenyataannya memberikan buah yang rasanya beragam.

Begitu pula, anak dibesarkan dalam lingkungan yang sama, diberikan program yang sama, menunjukkan bakat yang berbeda.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini