Sebagai contoh, pada waktu TIF diselenggarakan di Tongkonan Kete Kesu, setiap hari warung kopi dan makanan sederhana yang berada di lingkungan Kete Kesu setiap harinya mendapat omzet sebesar Rp7-10 juta. Demikian pula halnya dengan pemilik kios cendera mata dan pengelola lapangan parkir di sekitar Kete Kesu.
Pengunjung TIF sebelum masa pandemi di Kete Kesu pun mencapai 3,000-5,000 orang per hari. Saat ini, Kete Kesu sudah merupakan destinasi wajib yang selalu dikunjungi oleh para pelancong dalam dan luar negeri. Lokasi TIF sejak tahun 2013-2019 ini bahkan mendapatkan penghargaan sebagai
Objek Wisata Terbaik di Toraja.
Pada prinsipnya, ujar Reza, Kemenparekraf mendukung ajang-ajang yang dilaksanakan secara kolaborasi. Maka dari itu penting baginya memromosikan pariwisata daerah sebagai media untuk pemberdayaan pelaku seni, komunitas ekonomi kreatif yang ada di daerah termasuk berdampak positif bagi para pelaku seni.
"Apalagi ini konsepnya adalah mengangkat nilai-nilai lokal, jadi harus kita dukung semua sebagai even kebanggaan Toraja Utara. Semoga semakin hari semakin baik penyelenggaraannya," katanya.
Konsep tradisional
Baca Juga:Lokasi Ini Disebut Surga Tersembunyi di Tana Toraja, Asyik Buat Berkemah
TIF ke-9 membuat seluruh undangan yang hadir terkesima karena menyuguhkan kesenian tradisional Toraja dan Sulawesi Selatan.
Pelaksana dan penggagas TIF 2021 Franki Raden mengatakan tahun 2021 ini TIF ke-9 juga akan memberikan fokus kepada penampilan kesenian tradisional Toraja dan Sulawesi Selatan.
"Hal istimewa dari penampilan ini adalah grup-grup kesenian yang kami pilih untuk tampil adalah grup-grup kesenian yang secara turun-temurun masih menjaga kelestarian dan keaslian mereka dalam menampilkan musik dan tarian khas Toraja dan Sulawesi Selatan," katanya.
Pertunjukan TIF 2021 murni mengangkat kesenian tradisional lantaran tidak sedikit dari kesenian tersebut yang telah hampir punah.
"Kali ini kita fokus pada kesenian tradisional karena sudah hampir punah, jadi kita juga memberi kesempatan kaum muda untuk kembangkan akar budaya," katanya.
Baca Juga:Malaysia "Iri" Kasus Covid-19 Indonesia Cepat Turun, Epidemiolog: Datanya Tak Valid
Salah satu contoh, misalnya grup musik paduan suara laki-laki dan wanita tradisional Toraja yang bernama Ma’nimbong dan Ma’dandan. Kedua jenis kesenian ini berasal dari Desa Lokolemo yang terletak jauh di atas wilayah Pegunungan Pangala, daerah di mana pahlawan Toraja yang terkenal, Pongtiku berasal.