SuaraSulsel.id - Selebgram, dan komedian Adhy Bassi Toaya atau Adhy Basto membagikan pengalamannya selama menjadi konten kreator.
Adhi menjadi pembicara bersama pengamat film yang juga fotografer Istana Kepresidenan Jeri Wongiyanto.
Keduanya berkolaborasi dan berbagi ilmu dalam bincang-bincang berjudul “Coaching Clinic Seputar Film, Akting, dan Konten Kreator”, di Calon Bojo Cafe, Ruko Yasmin, Kabupaten Gowa, Sabtu 20 Maret 2021.
Menjadi seorang konten kreator, ternyata tidaklah sulit namun juga tidak gampang.
Baca Juga:Piala Menpora 2021: Lawan Persija, PSM Terancam Tanpa Hendra Wijaya
Dibutuhkan proses kreatif dan inovatif agar tampilan atau hasil ditampilkan dapat disukai dan bisa menjadi viral.
Salah satu faktor yang menjadi kunci dan munculnya ide-ide kreatif sebenarnya sangat sederhana, kadang dari berkumpul dengan teman pun bisa menjadi konten menarik.
Mengutip dari terkini.id -- jaringan suara.com, acara diikuti sekitar 30 peserta. Berlangsung seru dan menarik. Serta menerapkan protokol kesehatan ketat.
Menurut Jeri Wong, begitu fotografer ini biasa disapa. Di zaman medsos ini banyak orang yang mencoba peruntungan dan ingin mencari uang dengan menjadi youtubers atau selebgram.
Bahkan kata dia, banyak yang berhasil dan menjadi viral. Namun tidak sedikit pula justru jatuh karena membuat konten yang negatif semata mata ingin viral saja.
Baca Juga:PSM Makassar Jumpa Persija, Zulham Zamrun: Laga yang Cukup Berat
Nah, untuk membuat konten yang positif, inspiratif dan disukai banyak orang, menurut Adhy Basto, harus memperhatikan etika dan kesantunan.
“Dulu, awal saya berkarir, saya sering tampil, maaf, merokok, saya tidak memperdulikan, followers atau subscribers saya ternyata banyak juga yang anak kecil,” bebernya.
“Akhir makin lama saya menyadari hal seperti ini harus dihindari, sebagai konten kreator kita harus punya etika dan menyajikan tayangan yang mendidik,” kata Adhy.
Adhy sendiri kini sudah sangat ngetop sebagai komedian dan selegram di Kota Makassar bahkan di Sulsel.
Hebatnya, konten yang disajikan walaupun adalah iklan dan endorse dikemas dalam komedi yang menarik.
Selalu lucu dan pesan yang disampaikan juga kena sasaran. Hal ini diakui dan apresiasi oleh Jeri.
“Adhy ini, selain pintar meramu komedi dalam bentuk iklan, atau sebaliknya, ide ide yang ditampilkan juga bersifat kearifan lokal, joke yang dilontarkan cepat menjadi viral, bahkan menjadi bahasa gaul, semisal dengan istilah “adakah”? yang sekarang menjadi viral di kalangan anak muda,” kata Fotografer asal kota Makassar yang sudah belasan tahun berkiprah di Jakarta.
Tidak hanya membagi ilmu sebagai konten kreator, talk show ini juga mengorek rahasia kesuksesan Jeri yang berkarir sebagai fotografer Istana.
Menurut Jeri, berbeda dengan fotografer atau jurnalis pada umumnya, walau dekat dengan kepala negara, tidak serta merta bebas membidik objek, diperlukan kesantunan dan etika.
“Kami ini melayani kepala negara, hal yang penting ada kesopan santunan dan etika. Dalam sikap dan penampilan semua harus diperhatikan,”pungkasnya.
“Ada tata krama dalam bekerja atau mengabadikan gambar, sekeliling objek ada pasukan pengamanan, harus pandai bersikap dan sigap melihat momen. Akses memang sangat bebas, tapi sedikit berbuat kesalahan, contohnya, berjalan seenaknya lewat di depan wapres itu sudah kesalahan fatal. Jadi etika sangat dijunjung tinggi,” sambung Jeri.
Para peserta pun tidak membuang kesempatan memanfaatkan momen langka ini, bertanya dengan penuh antusias, bahkan ada yang mendapat kesempatan.
Acara ini digelar oleh Trinity Entertainment, yang dimotori Ricky Rianto Thio. Menurut Ricky sebagai agen talent entertainment di Sulsel, Trinity memang sengaja mengemas acara ini untuk memberikan suntikan ilmu bagi para konten kreator pemula, agar bisa memacu diri dan bisa ikut ngetop.
Acara ini digelar tetap dengan mematuhi protokol kesehatan, itu sebabnya pesertanya sangat dibatasi.