“Akhir makin lama saya menyadari hal seperti ini harus dihindari, sebagai konten kreator kita harus punya etika dan menyajikan tayangan yang mendidik,” kata Adhy.
Adhy sendiri kini sudah sangat ngetop sebagai komedian dan selegram di Kota Makassar bahkan di Sulsel.
Hebatnya, konten yang disajikan walaupun adalah iklan dan endorse dikemas dalam komedi yang menarik.
Selalu lucu dan pesan yang disampaikan juga kena sasaran. Hal ini diakui dan apresiasi oleh Jeri.
Baca Juga:Piala Menpora 2021: Lawan Persija, PSM Terancam Tanpa Hendra Wijaya
“Adhy ini, selain pintar meramu komedi dalam bentuk iklan, atau sebaliknya, ide ide yang ditampilkan juga bersifat kearifan lokal, joke yang dilontarkan cepat menjadi viral, bahkan menjadi bahasa gaul, semisal dengan istilah “adakah”? yang sekarang menjadi viral di kalangan anak muda,” kata Fotografer asal kota Makassar yang sudah belasan tahun berkiprah di Jakarta.
Tidak hanya membagi ilmu sebagai konten kreator, talk show ini juga mengorek rahasia kesuksesan Jeri yang berkarir sebagai fotografer Istana.
Menurut Jeri, berbeda dengan fotografer atau jurnalis pada umumnya, walau dekat dengan kepala negara, tidak serta merta bebas membidik objek, diperlukan kesantunan dan etika.
“Kami ini melayani kepala negara, hal yang penting ada kesopan santunan dan etika. Dalam sikap dan penampilan semua harus diperhatikan,”pungkasnya.
“Ada tata krama dalam bekerja atau mengabadikan gambar, sekeliling objek ada pasukan pengamanan, harus pandai bersikap dan sigap melihat momen. Akses memang sangat bebas, tapi sedikit berbuat kesalahan, contohnya, berjalan seenaknya lewat di depan wapres itu sudah kesalahan fatal. Jadi etika sangat dijunjung tinggi,” sambung Jeri.
Baca Juga:PSM Makassar Jumpa Persija, Zulham Zamrun: Laga yang Cukup Berat
Para peserta pun tidak membuang kesempatan memanfaatkan momen langka ini, bertanya dengan penuh antusias, bahkan ada yang mendapat kesempatan.