SuaraSulsel.id - Sumrah (33 tahun) ibu hamil di Bulukumba meninggal dunia pasca melakukan persalinan. Warga Desa Bontonyeleng, Kecamatan Gantarang, Kabupaten Bulukumba ini diduga kehabisan darah.
Salah seorang kerabat Sumrah, ND (31 tahun) mengaku kaget mendengar Sumrah meninggal. Dia menganggap dalam proses persalinan, dokter terkesan memaksakan kekuatan pasien.
Sebab, seluruh keluarga berharap pasien bisa bersalin dengan proses sesar (SC). Karena kondisi bayi yang besar.
"Ibunya lahiran normal padahal harusnya sesar. karena besar janinnya, apalagi anak pertama," katanya saat dikonfirmasi KabarMakassar.com -- jaringan Suara.com, Jumat (5/2/2021).
Baca Juga:Waspada ! Cat Merah di Jalan Raya Ini Sering Telan Korban
Ia menambahkan Sumrah meninggal setelah kehabisan darah. Karena terlambat mendapat transfusi darah, setelah menjalani operasi pengangkatan rahim pasca melahirkan.
"Jadi dokter lakukan proses lahiran normal dengan bantuan vakum sebanyak 2 kali. Sampai robek rahimnya," jelas ND.
Sementara itu saat dikonfirmasi, Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Rumah Sakit Andi Sultan Daeng Radja Kabupaten Bulukumba, dr. Risal mengakui hal itu. Menurutnya pasien memang meninggal karena terlambat mendapatkan transfusi darah.
Penyebab pendarahan diakibatkan karena atonia uteri. Atau proses pendarahan pasca bersalin. Keadaan dimana tidak adanya kontraksi pada rahim sehingga pembuluh darah terbuka.
"Jadi pasien itu butuh transfusi darah sebanyak 8 kantong, sebelum meninggal. Dia meninggal karena kehabisan darah," bebernya.
Baca Juga:Ditangkap! 5 Remaja Terduga Pengeroyok Anggota TNI di Bulukumba
Ia menuturkan janin lahir dengan lancar secara normal.
"Janin dan plasenta lahir lengkap dan lancar. Tapi setelah itu tiba-tiba tidak ada kontraksi rahim. Sehingga pembuluh darah terbuka dan terjadi perdarahan hebat," jelasnya.
Setelah malakukan informed consent kepada keluarga pasien. Akhirnya dokter memutuskan untuk melakukan pengangkatan rahim dengan tujuan menghentikan perdarahan. Dengan modal stok darah yang minim.
"Dari kebutuhan darah sebanyak 8 kantong, ibu hanya mendapat transfusi sebanyak 2 kantong," ucapnya.
Naas setelah proses operasi pengangkatan rahim sukses dan perdarahan teratasi, darah yang dibutuhkan ibu malah tidak terpenuhi sehingga terjadi kematian.
"Tidak dilakukan sesar karena pembukaannya lengkap," pungkasnya.
Pasien masuk rumah sakit pukul 16.00 Wita dalam keadaan pembukaan lengkap. Kemudian janinnya lahir normal pukul 18.00 Wita.
Setelah itu, sekira pukul 19.00 pasien mengalami pendarahan pasca bersalin. Kemudian pukul 01.30 Wita pasien meninggal karena kehabisan darah.