SuaraSulsel.id - Presiden Jokowi melakukan vaksinasi perdana di Istana Negara, Rabu 13 Januari 2021. Vaksinasi Covid-19 ini disiarkan langsung oleh stasiun TV dan sejumlah platform media sosial.
Sebelum disuntik, Presiden Jokowi diajukan beberapa pertanyaan oleh dokter. Empat pertanyaan yang disampaikan adalah pernah terkonfirmasi positif Covid-19 ? Pernah batuk atau pilek beberapa hari terakhir ? Pernah mengindap penyakit jantung ? Atau penyakit lain seperti ginjal ?
"Semua saya jawab tidak," kata Jokowi lewat akun resmi Facebook Presiden Joko Widodo.
Jokowi berharap proses vaksinasi Covid-19 berjalan lancar. "Saya memulai ikhtiar besar sebagai warga negara Indonesia untuk terbebas dari pandemi ini dengan menerima vaksin Covid-19," tulis Presiden Joko Widodo.
Baca Juga:Gubernur Sulsel, Pangdam, dan Kapolda Dilarang Begadang Sebelum Vaksinasi
Satgas Penanganan Covid-19 mengajak masyarakat untuk terus menerapkan hal-hal sederhana dalam mencegah penularan Covid-19.
Yaitu protokol kesehatan 3M. Memakai masker, menjaga jarak, dan rajin mencuci tangan. Karena, dengan mencegah penularan, maka peningkatan kasus Covid-19 dapat ditekan.
Dengan menurunnya jumlah kasus, maka tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit dapat diantisipasi.
Masyarakat pun dapat melindungi sahabat, serta keluarga hanya dengan memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan.
"Mengapa hal-hal sederhana ini tidak anda jalankan? Pertanyaan ini wajib kita tanyakan kepada diri masing-masing, apakah protokol kesehatan memang lebih sulit dibandingkan dengan kehilangan orang yang kita kasihi untuk selama-lamanya. Saya rasa jawabannya pasti tidak," kata Wiku mengawali agenda keterangan pers perkembangan penanganan Covid-19 di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (12/1/2021).
Baca Juga:18 Orang Terduga Teroris di Sulsel Masih Berstatus Terperiksa
Apa yang disampaikan Wiku cukup beralasan, karena perkembangan kasus Covid-19 dalam satu Minggu terakhir ini cukup berat. Dimana kasus harian berada pada angka 9 ribu bahkan melebih 10 ribu per harinya.
Hal ini berimbas negatif pada efektivitas penanganan Covid-19. Sebagai contoh, dengan meningkatnya keterisian rumah sakit akan menambah beban para petugas kesehatan.
Dan hal ini juga secara langsung berdampak negatif pada keseluruhan penanganan di rumah sakit tersebut. Apabila angka ini terus meningkat dan menyebabkan rumah sakit penuh, maka sangat berpotensi menaikkan angka kematian akibat Covid-19.
"Sistem kesehatan kita akan lumpuh. Apabila sistem kesehatan kita lumpuh, hal ini tidak hanya merugikan penderita Covid-19 semata. Namun juga masyarakat umum yang membutuhkan perawatan akibat penyakit lain selain Covid-19. Utamanya mereka yang membutuhkan pelayanan kesehatan yang esensial seperti penderita penyakit paru dan jantung," lanjut Wiku.
Dan jika rumah sakit di Indonesia tidak dapat menangani hal itu, maka angka kematian di Indonesia bisa meningkat bukan semata-mata karena Covid-19, namun juga karena penyakit lain yang tak bisa ditangani akibat penuhnya rumah sakit.
"Saya ingin sekali lagi mengingatkan, kepada masyarakat dan pemerintah daerah, terutama yang masih meremehkan Covid-19. Jangan sampai kita menjadi abai, dan menganggap angka (Covid-19) yang disampaikan ini hanya sekedar angka. Ingatlah, bahwa angka-angka ini merepresentasikan nyawa," pesan Wiku.