SuaraSulsel.id - Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko bersama jurnalis mencoba sebuah alat deteksi dini Covid-19 hasil karya ilmuwan Universitas Gadjah Mada.
Alat tersebut dinamakan GeNose C19. Pengetesan dilakukan saat KSP menerima satu unit alat dari Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang P. S. Brodjonegoro.
Melalui alat ini, Moeldoko berharap inovasi tersebut akan menjadi garda terdepan dalam penanggulangan penyebaran Covid-19.
“Karena inovasi yang paling mahal adalah inovasi yang menjadi solusi seperti GeNose C19 ini,” tutur Moeldoko di Gedung Bina Graha, Jakarta, Senin (4/1/2020).
Baca Juga:Riau Dapat 22.000 Dosis Vaksin Covid-19, Diperkirakan Besok Sampai
Moeldoko mengapresiasi dan menaruh rasa hormat atas inovasi UGM yang berhasil menghadirkan GeNose C19.
Bahkan, dia siap memperkenalkan penggunaan GeNose C19 ke berbagai lapisan masyarakat. Sebagai solusi untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19.
Moeldoko juga menyebut, GeNose C19 menjadi implementasi revolusi Industri 4.0 yang menggabungkan sektor kesehatan dan artificial intellegence (AI) atau kecerdasan buatan.
Selain itu, lanjut Moeldoko, kehadiran GeNose C19 telah melampaui negara-negara lain yang saat ini masih mengembangkan penelitian untuk mencegah penyebaran COVID-19.
“Maka, akan saya dorong secara masif tidak hanya sebagai temuan, tapi untuk meyakinkan semua pihak bahwa GeNose C19 merupakan alat yang diperlukan,” jelas Moeldoko.
Baca Juga:Arie Untung Hapus Foto Syekh Ali Jaber, Diduga karena Keluarga Tak Terima
Menristek/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro menambahkan, GeNose C19 merupakan suatu terobosan teknologi yang bisa mendeteksi COVID-19 dengan pendekatan yang sederhana dan murah.
Bambang pun berharap, temuan ini bisa benar-benar dimanfaatkan berbagai pihak. Terlebih, katanya, UGM dan perusahaan konsorsium siap memproduksi hingga 5.000 alat GeNose C19 pada Februari 2021.
“Untuk saat ini kami hibahkan satu unit GeNose C19 untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19 di lingkungan Istana. Nantinya kami juga akan mendorong berbagai pihak, terutama di pusat keramaian seperti bandara, stasiun kereta, terminal bus, kampus, pabrik, dan perkantoran untuk menggunakan alat ini,” imbuh Bambang.
Namun Bambang menegaskan, GeNose C19 bukan alat diagnosa. Bambang bilang, alat ini merupakan bagian dari penerapan program 3T (testing, tracing, treatment) yang mendeteksi senyawa pada pernafasan manusia.
Dengan begitu, kata Bambang, seluruh pihak semakin berhati-hati dengan penyebaran Covid-19 karena GeNose C19 menjadi upaya pencegahan, bukan pengobatan.
Adapun Rektor UGM Panut Mulyono berharap, GeNose C19 menjadi kontribusi UGM dan bisa masuk ke dalam ekosistem penanggulangan Covid-19 di Indonesia.
Panut juga menyampaikan, ke depannya GeNose C19 yang telah mendapat izin edar dari Kementerian Kesehatan pada 24 Desember 2020 ini bisa menjadi fungsi diagnostik karena berbiaya murah, memberikan hasil secara cepat, dan bisa dioperasikan tenaga terampil non medis.