SuaraSulsel.id - Zaman berubah. Era digital pada industri rekaman kian menapaki puncaknya. Meski kaset semakin langka, namun kolektor kaset tak pernah lelah.
Kaset pita pernah begitu populer di Indonesia pada era 1960-an hingga 2000-an. Pada masanya, kaset adalah barang nomor satu para pecinta musik.
Namun, seiring berjalannya waktu, serta perkembangan teknologi digital, keberadaan kaset pita tergusur oleh Compact Disc (CD) dan kekinian layanan musik streaming.
Meski demikian, ternyata masih ada penikmat musik yang mencari. Serta mengumpulkan kaset pita dari musikus idolanya.
Baca Juga:Terekam CCTV, Bocah Pencuri Belasan Juta Uang Hotel di Makassar
Andi Marwan Paris atau akrab disapa Awan adalah salah seorang kolektor kaset pita di Makassar.
Kepada SuaraSulsel.id, Awan memamerkan sejumlah koleksi kaset pita, lalu disusun berjejer rapi di meja. Dengan semangat, ia bercerita soal kecintaannya dengan kaset pita.
Ada yang sudah lusuh, ada pula yang masih terlihat baru. Dosen salah satu universitas swasta di Kota Makassar ini mengaku mulai mengoleksi kaset pita sejak SMA.
"Dari kaset pita saya bisa menikmati betul-betul yang namanya musik. Saya suka nostalgia," kata Awan, Sabtu (26/12/2020).
Koleksinya sekarang sudah mencapai lebih dari 300 kepingan. Ratusan kaset tersebut ia dapatkan dengan susah payah.
Baca Juga:Puluhan Tahanan di Makassar Mendapat Resmisi di Hari Natal 2020
Uang jerih payahnya menjadi guru honorer harus disisihkan hanya untuk bisa membeli kaset.
"Butuh kesabaran untuk mengumpulkan kaset pita, yang boleh dikatakan sudah sangat langka. Hanya di antara kolektor yang paham, betapa mahalnya hobi ini," tambahnya.
Dari sekian banyak koleksi kaset pita yang dimilikinya, kaset album Guruh Gipsy menjadi yang terpenting.
Guruh Gipsy adalah sebuah nama judul album eksperimental yang merupakan proyek kolaborasi antara Guruh Soekarnoputra dengan grup musik Gipsy.
Meskipun hanya sempat merilis satu album, tetapi proyek kolaborasi tersebut menjadi sangat penting peranannya dalam dunia musik Indonesia.
"Ada juga Iwan Fals, kemudian dari luar negeri ada Manic Street Preachers. Saya sangat senang dengan mereka," tambahnya.
Kendati digempur musik digital, Awan masih berharap kaset pita bisa kembali bangun dari tidur panjangnya. Setidaknya ada musisi yang memperhatikan hal ini.
"Karena kaset pita akan selalu spesial bagi pecintanya. Bukan karena soal lawasnya, tapi kita selalu ingin bagaimana menikmati musik dari album fisik," tuturnya.
Hobi yang sama juga digeluti Pak Sidang, guru matematika asal Mamuju, Sulawesi Barat. Pak Sidang mengatakan, kecintaan terhadap musik telah mendarah daging dalam keluarganya.
Hal itu pula yang mendasari keinginannya untuk mengoleksi kaset pita sejak 2008 silam hingga sekarang.
Dari tahun ke tahun, Pak Sidang merawat koleksi kaset pitanya dengan sangat telaten. Baginya, kaset pita adalah bukti sejarah yang patut dilestarikan.
Kaset pita merupakan dokumentasi musik yang sangat berharga dan dapat diwariskan ke generasi berikutnya. Ia selalu percaya, kejayaan barang ini suatu saat akan kembali.
"Terkesan lawas, tetapi tetap mengasyikkan. Saya percaya, kaset akan kembali ke kejayaannya," harap SidmembawApalagi belakangan ini memang yang vintage kembali digandrungi kaula muda. Tak hanya dari fesyen saja, tapi juga dari bentuk barang.
"Peluang besar itu saya lihat di anak muda sekarang ini, mereka kian tertarik dengan keberadaan pita rekaman karena antik mungkin. Sekarang juga kan orang lagi kembali senang terhadap sesuatu yang vintage," ujarnya.
Sejatinya kaset pita banyak ditinggalkan karena dianggap jadul, ketinggalan zaman, dan tidak praktis lagi. Namun hobi seseorang tidak bisa dikalahkan dengan alasan apa pun.
Kontributor : Lorensia Clara Tambing