Di Balik Indahnya Pemandangan Ini, Ada Derita Petani Bawang

Kebun bawang di Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang mendadak viral

Muhammad Yunus
Selasa, 17 November 2020 | 18:43 WIB
Di Balik Indahnya Pemandangan Ini, Ada Derita Petani Bawang
Pemandangan kebun bawang di Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang saat malam hari / [Foto: Instagram addas_kadir ]

SuaraSulsel.id - Kebun bawang merah di Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang mendadak viral beberapa pekan terakhir di media sosial. Kerlap-kerlip cahaya lampu di malam hari, menarik banyak wisatawan.

Setiap hari puluhan orang warga Enrekang dan dari luar Enrekang mendaki ke atas bukit. Membangun kemah, bercengkrama, dan menunggu malam. Agar bisa menyaksikan suasana indah kebun bawang dari atas bukit.

Cahaya itu berasal dari lampu pijar yang dipasang petani untuk mengusir hama. Sudah tiga bulan petani melakukan cara itu.

Usaha petani bawang menyalakan lampu pengusir hama saat malam hari rupanya memberikan pemandangan indah.

Ironisnya, di balik keindahan itu, petani bawang di Enrekang mengaku sudah tiga tahun terakhir menderita. Hama ulat sudah menyerang tanaman bawang setiap malam.

Baca Juga:Hati-hati, Terpapar Bawang Putih Bisa Sebabkan Iritasi

Jayadi yang juga Ketua Asosiasi Petani Bawang bersama ratusan petani bawang kemudian mencari cara bagaimana mengusir hama. Tanpa harus melakukan penyemprotan bahan kimia.
Petani tidak mau menggunakan pestisida tidak ramah lingkungan. Karena bisa berdampak pada kesehatan dan kualitas bawang.

"Ini baru tiga bulan kami pasang. Ada juga yang baru satu bulan. Tergantung dari usia bawang," kata ini.

Pemandangan kebun bawang di Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang saat malam hari / [Foto: Instagram addas_kadir ]
Pemandangan kebun bawang di Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang saat malam hari / [Foto: Instagram addas_kadir ]

Selasa sore (17/11/2020), Jayadi masih berada di kebun bawang miliknya. Sambil memperbaiki lampu pijar di kebunnya, ia bercerita lewat telepon.

"Kita sudah bertahun-tahun rugi. Artinya tidak rugi besar, hanya saja kesulitan karena hama. Kami kemudian mencari cara bagaimana caranya supaya ada pengusir hama yang ramah lingkungan," sebutnya.

Di beberapa daerah lain, seperti di Jawa, katanya sudah terlebih dahulu menggunakan cara ini. Mereka kemudian mencontoh dan dianggap berhasil. 70 persen hama bisa ditekan dengan lampu.

Baca Juga:Tangan Gatal Setelah Pegang Bawang Putih, Mungkin Ini Penyebabnya!

"Awalnya hanya ada satu warna (lampu), warna merah saja. Sekarang sudah ada hijau, kuning dan ungu. Semakin cantik pada malam hari," tuturnya.

Lampu pijar itu mereka beli dari PLN. Untuk mendapatkan energi, petani harus membeli kabel sendiri.

Kata Jayadi, cukup mahal. Mereka harus merogoh kocek Rp 80 ribu per satu kilo meter. Sementara jarak tiang listrik dengan sawah sangat jauh.

"Kami kemudian urunan dengan para petani untuk membayar kabel. Karena jaraknya cukup jauh dari tiang listrik. Ambil energinya kan dari situ," beber mantan Kepala Dinas Informatika dan Komunikasi Kabupaten Enrekang ini.

Satu bidang lahan saja bisa membutuhkan sampai 12 lampu pijar. Belum lagi lahan milik petani disana berhektare-hektare. Butuh sekitar Rp 2 juta untuk mengaliri listrik ke kebun.

"Saya harap ada perhatian pemerintah setidaknya bagaimana untuk pengadaan listrik ke kebun karena disana sudah dijadikan objek wisata oleh warga. Setiap akhir pekan itu orang datang berkemah," tambahnya.

Pemandangan kebun bawang di Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang saat malam hari / [Foto: Instagram addas_kadir ]
Pemandangan kebun bawang di Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang saat malam hari / [Foto: Instagram addas_kadir ]

Namun dengan penggunaan lampu pijar, ia yakin bisa untung lebih pada panen tahun ini. Kualitas bawang kembali bagus. Tak lagi seperti selama ini, bawang harus dijual murah lantaran sisa gigitan hama.

Banyaknya cahaya lampu di malam hari membuat areal perkebunan mendapat julukan dari sebagian warga, kebun metropolitan.

Sementara, Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata Kabupaten Enrekang, Maryadi M mengaku kebun bawang tersebut mendadak viral di media sosial. Namun, wilayah itu belum masuk kawasan wisata.

"Kawasan kebun disana masih bagian dari kawasan pertanian. Tetapi untuk menikmati pemandangan lampu-lampu tersebut, kita hanya bisa melihat dari bukit," kata Maryadi saat dikonfirmasi Suarasulsel.id

Ada rencana untuk menata kebun bawang menjadi kawasan wisata? Djarot berharap demikian.
Saat ini. Asosiasi sedang melakukan pembinaan kelompok sadar wisata (Pokdarwis). Untuk menjadikan perbukitan di kawasan pertanian itu menjadi daerah wisata.

Daerah ini tidak hanya menyajikan pemandangan malam hari yang eksotik. Di sekitar lokasi juga ada lokasi wisata yang menarik dikunjungi.

Sebelum menikmati pemandangan kebun bawang di malam hari. Seperti Buntu Sumbang, Bukit Cekong, dan Puncak Mandu Tontonan.

"Orang di sini menyebutnya bukit cahaya. Ini potensi wisatanya sangat besar. Bahkan animo masyarakat untuk kesana sangat besar sekali. Jika ini dimanfaatkan akan menjadi pendapatan asli daerah (PAD) baru," jelas Maryadi.

Kontributor : Lorensia Clara Tambing

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini