SuaraSulsel.id - Meski mencatat pertumbuhan ekonomi sebesar 4,87 persen pada triwulan I 2025, perekonomian Sulawesi Selatan tidak berada dalam posisi yang benar-benar aman.
Hal tersebut diungkapkan Asisten Direktur Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Selatan, Dhonny Iwan Kristianton kepada media baru-baru ini.
Bank Indonesia menilai mesin utama penggerak pertumbuhan di provinsi ini tengah melambat. Masalah diperparah dengan risiko resiprokal Tiongkok-Amerika Serikat.
"Perekonomian kita di Sulawesi tumbuh tipis dan itu tidak baik-baik saja," ucapnya.
Kata Dhonny, ancaman paling nyata datang dari dinamika geopolitik global terutama kebijakan tarif dagang Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang kembali mengenakan tarif resiprokal terhadap produk-produk impor. Termasuk Tiongkok.
Tarif ini bahkan mencapai angka 145 persen untuk Tiongkok yang secara tidak langsung ikut menggerus ekspor Indonesia termasuk dari Sulsel.
"Ekspor terbesar Indonesia memang bukan langsung ke Amerika, tapi banyak melalui Tiongkok. Saat Tiongkok terdampak, kita pun akan terkena imbasnya, termasuk ekspor dari Sulsel," jelasnya.
Selama ini, Sulawesi Selatan dikenal sebagai salah satu provinsi dengan nilai ekspor terbesar ke Tiongkok, terutama dari sektor rumput laut dan nikel.
Namun sejak awal tahun, ekspor kedua komoditas tersebut mengalami pelemahan. Beberapa produsen nikel bahkan menurunkan kapasitas produksi seiring permintaan yang melemah dan tekanan harga global.
Baca Juga: Jangan Tertipu! Ini 5 Tips Aman Transaksi QRIS dari Bank Indonesia
Kondisi ini pun berdampak langsung pada kinerja fiskal daerah.
"Penerimaan fiskal kita mengalami penurunan, sementara ekspor melambat. Termasuk ekspor dari nikel yanh selama ini tinggi, melambat," ucapnya.
Kata Dhonny, di tengah pelemahan sektor industri dan ekspor, pertanian justru menjadi tulang punggung utama perekonomian Sulsel.
Proyeksi pertumbuhan ekonomi Sulsel tahun 2025 diperkirakan mencapai 5,78 persen. Naik tipis dari 5,18 persen di tahun sebelumnya.
Namun, pertumbuhan ini sebagian besar disumbang oleh sektor pertanian, bukan manufaktur atau perdagangan.
"Pertumbuhan ekonomi kita ditopang oleh pertanian yang masih kuat. Kita bertahan karena pertanian," sebutnya.
Berita Terkait
Terpopuler
Pilihan
-
Profil Riccardo Calafiori, Bek Arsenal yang Bikin Manchester United Tak Berkutik di Old Trafford
-
Breaking News! Main Buruk di Laga Debut, Kevin Diks Cedera Lagi
-
Debut Brutal Joan Garcia: Kiper Baru Barcelona Langsung Berdarah-darah Lawan Mallorca
-
Debit Manis Shayne Pattynama, Buriram United Menang di Kandang Lamphun Warrior
-
PSIM Yogyakarta Nyaris Kalah, Jean-Paul van Gastel Ungkap Boroknya
Terkini
-
Warga Konawe Bentangkan Bendera Merah Putih 580 meter
-
Viral Video Kepala Desa di Bone Ditikam Saat Perkemahan HUT RI
-
433 Jiwa di Daerah Pesisir Poso Jadi Korban Gempa Bumi
-
Gubernur Sulsel Ikuti Apel Kehormatan Renungan Suci di TMP Panaikang
-
Mantan Wali Kota Makassar Berkumpul di Karebosi Rayakan HUT RI