Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Senin, 28 Maret 2022 | 11:16 WIB
Bissu mengambil air sumur pada ritual adat Malleke' Toja menjelang hari jadi Bone, beberapa waktu lalu [SuaraSulsel.id/Istimewa]

SuaraSulsel.id - Hari Jadi Kabupaten Bone diperingati setiap tanggal 28 Maret setiap tahunnya. Banyak prosesi adat yang dilakukan untuk mengawali perayaan hari jadi.

Salah satunya keterlibatan para Bissu dalam melakukan ritual adat. Bissu bisa dianggap punya kemampuan spritual. Bisa pula menjadi sandro atau dukun untuk mengobati orang sakit.

Setiap tahun, para Bissu ini yang akan menggelar ritual adat. Sebelum upacara hari jadi Kabupaten Bone dilakukan. Diantaranya, Malleke' Toja atau pengambilan air sumur yang dikeramatkan.

Air diambil Bissu dari tujuh sumur kerajaan. Air itu digunakan sebagai pelengkap pada prosesi ritual adat lain bernama Mattompang.

Baca Juga: Sony Putra Samapta Buronan Korupsi Pembangunan Rumah Sakit Tenriawaru Kabupaten Bone Ditangkap

Mattompang Arajang atau biasa juga disebut Masossoro Arajang adalah ritual adat yang wajib dilaksanakan pada hari jadi Bone.

Ritual ini hanya bisa dilakukan oleh para Bissu atas restu sang raja atau Mangkau di dalam ruangan khusus penyimpanan Arajang tersebut.

Pua Matowa, pemimpin para Bissu mengatakan upacara ini sakral. Karena menyucikan benda-benda pusaka kerajaan.

"Benda itu punya nilai magis. Sangat dihormati. Tidak sembarang yang bisa sentuh," katanya saat dikonfirmasi, Senin, 28 Maret 2022.

Pua Matowa mengatakan, benda-benda itu ada yang berbentuk payung, pusaka, tombak, dan senjata adat. Dulunya, benda-benda ini digunakan oleh para raja.

Baca Juga: Video Porno Pasangan Kekasih Anggota Satpol PP Bikin Geger Warga Kabupaten Bone

"Sangat dihormati dan disimpan di tempat khusus," tambahnya.

Setiap habis digunakan, benda itu wajib dibersihkan atau disucikan kembali. Disinilah peran Bissu sesungguhnya, karena hanya mereka yang bisa melakukannya.

Namun, hari jadi Kabupaten Bone tahun ini, para Bissu tidak lagi dilibatkan. Pua mengaku kecewa.

Ia menjelaskan, awalnya mereka diminta untuk terlibat pada hari jadi tersebut. Namun, dengan syarat.

Pemkab Bone meminta ada prosesi adat seperti biasanya yang tidak akan melibatkan mereka, tanpa alasan yang jelas. Para Bissu pun menolak karena baru tahun ini ritual itu ditiadakan.

Kata Pua, setiap pagelaran upacara hari jadi dari tahun ke tahun, secara turun temurun sudah dilakukan oleh para Bissu. Jika ini dihilangkan, maka akan menciderai adat.

"Kami paham apa yang akan kami lakukan makanya kami menolak. Tapi beberapa hari terakhir saya pertimbangkan, kalau saya tidak terlibat maka siapa yang akan melakukan," jelasnya.

Beberapa hari sebelum prosesi pengambilan air dilakukan, ia kemudian menghubungi Ketua Dewan Adat Bone. Tapi mereka tak lagi diizinkan untuk terlibat.

"Tidak sekali pun dinas terkait juga menghubungi kami," tukasnya.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bone Andi Ansar mengaku, Bissu yang menolak hadir pada Mattompang Arajang. Mereka tidak mau terlibat karena bukan diberi kepercayaan sebagai pembawa baki pada Mattompang Arajang.

"Mereka menuntut, mereka yang harus bawa baki benda pusaka. Sementara yang kita siapkan sebagai pembawa baki adalah paskibraka," kata Andi Ansar.

Kontributor : Lorensia Clara Tambing

Load More