Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Kamis, 17 Maret 2022 | 14:00 WIB
Menteri Pertanian RI, Syahrul Yasin Limpo diberi gelar profesor kehormatan dari Universitas Hasanuddin, Kamis 17 Maret 2022 [SuaraSulsel.id/Istimewa]

Berikut naskah lengkap orasi ilmiah guru besar Syahrul Yasin Limpo:

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat yang diberikan sehingga saya dapat berdiri di forum terhormat ini. Forum ini merupakan muara dari kerinduan saya untuk selalu berada di jalur keilmuan, terlepas dari posisi saya sebagai birokrat sejak masih belia.

Saya percaya bahwa Allah menyukai orang yang suka belajar dan berbagi pengetahuan. Bukankah Allah menjanjikan akan menaikkan derajat orang-orang yang beriman dan berilmu? Insha Allah, atas dasar keimanan itulah saya berharap senantiasa berada di jalur keilmuan ini.

Sebelumnya, perkenankan saya menjelaskan latar belakang saya. Saya menempuh pendidikan formal pada program S1, S2 dan S3 Ilmu Hukum, juga Ilmu Adminstrasi Negara. Di balik pendidikan formal itu, saya terlibat di dunia pemerintahan lebih 40 tahun sebagai medan pengabdian saya sepanjang hidup.

Baca Juga: Banyak Dapat Ilmu di Warung Kopi, Syahrul Yasin Limpo: Saya Profesor Lapangan

Selain itu, saya juga memberikan sebagian kapasitas diri saya dalam organisasi masyarakat dan partai politik. Akhirnya, dalam diri saya berkelindan tiga arus yang membentuk cara berfikir dan bertindak saya.

Pertama, ilmu hukum dan administrasi negara yang saya pelajari secara formal, memahamkan saya tentang kebenaran berbasis teoritik keilmuan. Kedua, pengalaman dalam birokrasi pemerintahan, memahamkan saya bahwa tujuan utama kepemerintahan adalah membangun rahmat bagi kehidupan seluruh masyarakat.

Di sana saya belajar menjadi pendengar untuk suara yang paling lirih sekalipun, agar mengetahui apa sesungguhnya yang dibutuhkan oleh masyarakat, dan mendorong sebanyak mungkin partisipasi masyarakat.

Ketiga, pengalaman berpolitik, yang memampukan saya membaca reaksi atas sebuah aksi. Di sana saya belajar untuk mampu melihat lawan politik sebagai sahabat, untuk mampu mematikan dendam di dalam diri, untuk mampu menghapus frasa "musuh" dalam kamus kehidupan. Pelajaran-pelajaran ini diperkuat oleh nasehat kehidupan kedua orang tua saya.

Dalam 20 tahun terakhir, diam-diam saya rutin membuka "kelas khusus" di warung kopi, di rumah, dan di kantor. Saya mengundang belasan profesor dan doktor dari berbagai latar pengetahuan untuk mendiskusikan sesuatu.

Baca Juga: Ketua Dewan Profesor Unhas: Syahrul Yasin Limpo Tidak Dapat Gelar Profesor Kehormatan

Mereka berbicara sesuai bidang ilmunya, diam-diam saya mendengar, menyimak, mencatat, bertanya, dan bahkan sembunyi-sembunyi merekam percakapan kolega yang maha terpelajar itu. Kenapa harus diam diam dan sembunyi-sembunyi? Agar wakil gubernur, gubernur atau menteri ini tidak terkesan kurang cakap.

Load More