SuaraSulsel.id - Guru besar Unhas Prof Muhammad Arsyad menyampaikan dalam pidatonya bahwa disrupsi digital sudah benar-benar terjadi. Bahkan merambah seluruh aspek kehidupan.
Prof Muhammad Arsyad menyampaikan pidato pengukuhan berjudul "Reposisi Ekonomi Pertanian untuk Reduksi Kemiskinan dan Pembangunan Perdesaan: Apakah Masih Pionir di Era Digital?"
Sejumlah paper mencatatkan Indonesia memiliki sejarah sukses dalam memelihara pertumbuhan ekonomi. Selama tiga dekade proses pembangunan.
Yakni pada tahun 1966-1996. Pertumbuhan ekonomi berada pada level rata-rata 7 persen per tahun, reduksi kemiskinan dari sekitar 40 persen di tahun 1976 menjadi 17 persen di tahun 1996.
Baca Juga: 3 Calon Rektor Unhas Terpilih, Siapa Dapat Dukungan Menteri Nadiem Makarim?
Di samping prestasi dalam pertumbuhan ekonomi, Indonesia juga mampu menurunkan kemiskinan 40,1 persen di tahun 1976 dan menurun menjadi 17,6 persen di tahun 1996. Meskipun kembali mengalami peningkatan tahun 1997. Persis ketika krisis ekonomi.
Prof Arsyad menjelaskan bahwa disrupsi digital sudah benar-benar tiba dan merambah ke seluruh aspek kehidupan. Tidak terkecuali sektor pertanian atau pedesaan.
Karena itu persoalan pembangunan pedesaan akan semakin kompleks dan volumenya makin bertambah akibat digitalisasi.
Setidaknya ada lima determinan pokok yang berpotensi mempengaruhi indikator pembangunan pertanian/perdesaan, sekaligus dapat diharapkan membantu percepatan pembangunan perdesaan Indonesia, yaitu:
1. Sumber daya manusia petani, Aktivitas Non-Pertanian dan Petani Milenial-Inovatif,
2. Konflik sumber daya lahan dan teknologi pertanian,
3. Akses terhadap fasilitas sosial,
4. Akses informasi dan digitalisasi global pertanian,
5. Kelembagaan dan Aktivitas Ekonomi Pertanian/Perdesaan.
Baca Juga: Unhas Hasilkan 420 Insinyur Baru, Alumni Terbanyak di Indonesia
“Hasil survei menunjukkan bahwa petani dalam rumah tangga tani yang memiliki kepala keluarga berpendidikan SD dan SMP ke bawah memiliki kondisi sosial ekonomi rumah tangga yang berada di bawah standar kesejahteraan, dibandingkan dengan petani yang memiliki pendidikan SMA dan Diploma yang memiliki alternatif sumber pendapatan di luar pertanian karena mereka dengan cepat mengadopsi inovasi lainnya,” jelas Arsyad, Kamis 23 Desember 2021.
Berita Terkait
-
RS Unhas dan Celltech Buka Akses Terapi Stem Cell di Sulawesi
-
Eksklusif! Pertemuan Bersejarah: Dosen Unhas Dapat Tanda Tangan & Pelukan Pertama Kluivert untuk Timnas
-
Beritakan Tindak Pelecehan oleh Dosen, Persma Unhas Dikriminalisasi Polisi
-
Desak Dosen Pencabul Mahasiswi Unhas Dihukum Berat, Kementerian PPPA: Ini Pasti Ada Relasi Kuasa
-
Kasus Dosen Unhas Cabuli Mahasiswi, Begini Reaksi Kementerian PPPA
Terpopuler
- Pemilik Chery J6 Keluhkan Kualitas Mobil Baru dari China
- Profil dan Aset Murdaya Poo, Pemilik Pondok Indah Mall dengan Kekayaan Triliunan
- Jadwal Pemutihan Pajak Kendaraan 2025 Jawa Timur, Ada Diskon hingga Bebas Denda!
- Pemain Keturunan Maluku: Berharap Secepat Mungkin Bela Timnas Indonesia
- Jairo Riedewald Belum Jelas, Pemain Keturunan Indonesia Ini Lebih Mudah Diproses Naturalisasi
Pilihan
-
Bodycharge Mematikan Jadi Senjata Rahasia Timnas U-17 di Tangan Nova Arianto
-
Kami Bisa Kalah Lebih Banyak: Bellingham Ungkap Dominasi Arsenal atas Real Madrid
-
Zulkifli Hasan Temui Jokowi di Solo, Akui Ada Pembicaraan Soal Ekonomi Nasional
-
Trump Singgung Toyota Terlalu Nyaman Jualan Mobil di Amerika
-
APBN Kian Tekor, Prabowo Tarik Utang Baru Rp 250 Triliun
Terkini
-
Insentif Guru Besar Unhas Naik Jadi Rp5 Juta
-
Polisi Gadungan Beraksi di Gowa, Begini Caranya Tipu Korban Hingga Terciduk
-
Mira Hayati Jadi Tahanan Kota, Perampok Toko Emas Ditangkap Polisi
-
Appi Alihkan Anggaran Truk Pengangkut Sampah ke Perbaikan Sekolah dan Seragam Sekolah Gratis
-
Berkat Pendanaan KUR dari BRI, Toko Kelontong Suryani Kini Hasilkan Rp500 Ribu per Hari