Tak Perlu ke Malaysia, Indonesia Punya Dokter dan Teknologi Jantung Terbaik

Penyakit jantung masih menjadi pembunuh nomor satu di Indonesia

Muhammad Yunus
Minggu, 28 September 2025 | 10:13 WIB
Tak Perlu ke Malaysia, Indonesia Punya Dokter dan Teknologi Jantung Terbaik
Edukasi kesehatan bertajuk Perkembangan Bedah Jantung Terkini di Kota Makassar, Sabtu, 28 September 2025 [Suara.com/Lorensia Clara Tambing]
Baca 10 detik
  • 1,5 juta penderita penyakit jantung koroner
  • Pelayanan non-medis di Malaysia dianggap lebih nyaman
  • Perkembangan teknologi kedokteran membuat prosedur operasi jantung kini semakin maju dan minim risiko

Perkembangan teknologi kedokteran membuat prosedur operasi jantung kini semakin maju dan minim risiko.

Di RS Premier Bintaro misalnya, tersedia robotic cardiac surgery serta teknik off pump coronary artery bypass (OPCAB).

"Dengan OPCAB, operasi bypass bisa dilakukan tanpa menghentikan denyut jantung. Risikonya lebih kecil," jelas Sugisman.

Ada pula prosedur minimally invasive direct coronary artery bypass (MidCAB) yang dilakukan lewat sela iga.

Baca Juga:Jenazah TKI Asal Gowa Akan Dipulangkan, Majikan di Malaysia Siap Tanggung Jawab

Ini mengurangi rasa sakit dan pemulihannya lebih cepat.

Dengan teknologi ini, pasien tidak perlu takut menjalani operasi jantung.

"Empat hari saja sudah bisa pulang, asal ditangani dokter yang ahli," ujarnya.

Sugisman menambahkan, penyakit jantung kini tidak mengenal usia. Dirinya bahkan menangani beberapa anak muda yang membutuhkan operasi jantung.

"Umur termuda yang pernah saya bypass itu 25 tahun. Jadi jangan merasa karena masih muda akan bebas dari penyakit jantung," katanya mengingatkan.

Baca Juga:Kisah Pilu TKI Asal Gowa, Tergeletak Tak Bernyawa di Jalanan Malaysia

Saat ini penyakit jantung koroner masih menjadi kasus terbanyak di Indonesia. Selain itu, kelainan katup jantung atau jantung bocor juga cukup tinggi.

Jika kerusakan katup terjadi, jalan satu-satunya adalah mengganti dengan katup buatan yang sebagian besar masih harus diimpor dari Amerika.

"Harganya bisa sekitar Rp30 juta. Ada yang terbuat dari jaringan hewan seperti sapi atau babi, ada juga yang berbahan logam. Kalau logam, pasien harus minum obat pengencer darah seumur hidup," tutur Sugisman.

Hal ini menunjukkan betapa kompleksnya tantangan penanganan penyakit jantung di Indonesia.

Meski demikian, Sugisman menekankan bahwa pasien tidak perlu takut menghadapi operasi. Dengan teknologi modern dan tenaga medis terampil, peluang keberhasilan sangat besar.

Kepala Staf Medik Bedah Kardiovaskular Dewasa RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita itu juga menegaskan, mencegah selalu lebih baik daripada mengobati.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini