- Penataan seluruh kabel listrik, telekomunikasi, hingga pipa ke dalam jalur bawah tanah
- Skema pembiayaan tidak lagi bisa menggunakan sistem sewa, melainkan berbasis retribusi daerah
- Proyek ini tidak bisa mengandalkan APBD semata, sehingga investor menjadi kunci
PT Tiga Permata Bersinar dalam pemaparannya menargetkan pelaksanaan dimulai awal 2026.
Tahap pertama mencakup enam ruas jalan utama, seperti Jalan Boulevard, Pengayoman, Haji Bau, hingga Sultan Hasanuddin, dengan total panjang sekitar 15 kilometer.
Komisaris PT Tiga Permata Bersinar, Ricky Fandi, menjelaskan setiap jalur ducting akan dilengkapi tiga pipa dengan fungsi berbeda: backbone, distribusi, dan akses pelanggan.
Handhole dipasang setiap 50 meter, dengan pipa HDPE diameter 6 inci yang mampu menampung kebutuhan jaringan hingga lima tahun ke depan.
Baca Juga:Rahasia F8 Makassar Jadi Event Unggulan Nasional Terungkap!
“Teknik yang dipakai adalah flinching sehingga tidak merusak seluruh badan jalan. Kami juga sudah berkomunikasi dengan PLN agar kabel listrik bisa terintegrasi,” ungkap Ricky.
Ia menambahkan, pusat kendali jaringan akan dipantau melalui Network Operation Center (NOC) sehingga gangguan bisa cepat diidentifikasi.
Sejumlah provider besar, termasuk operator asing, disebut sudah menunjukkan minat berinvestasi.
Estimasi Biaya dan Potensi Investasi
Berdasarkan estimasi awal, proyek tahap pertama membutuhkan biaya sekitar Rp33,4 miliar atau Rp2,1 juta per meter.
Baca Juga:Jadwal Baru PSM Makassar di Super League
Nilai ini masih bisa berubah sesuai metode galian yang dipilih.
“Dengan infrastruktur bawah tanah ini, Makassar bisa bebas dari kabel udara semrawut sekaligus menyiapkan jalur transportasi data yang andal. Ini jalan tol menuju smart city,” tegas Ricky.
Jika berjalan lancar, proyek ducting SJUT tidak hanya mempercantik wajah kota, tetapi juga meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) dari retribusi provider.
Makassar pun bersiap menata diri menuju kota modern yang tertib, efisien, dan ramah investasi.