Donat Tuli Jadi Simbol Kemandirian Difabel di Sulawesi Selatan

Wakil Gubernur Sulawesi Selatan, Fatmawati Rusdi, mengunjungi Donat Tuli Caf Mella dan Rumah Quran Tuli Nur Afiah

Muhammad Yunus
Minggu, 03 Agustus 2025 | 09:42 WIB
Donat Tuli Jadi Simbol Kemandirian Difabel di Sulawesi Selatan
Wakil Gubernur Sulawesi Selatan, Fatmawati Rusdi, mengunjungi Donat Tuli Café Mella dan Rumah Qur’an Tuli Nur Afiah di Kota Makassar, Minggu 3 Agustus 2025 [SuaraSulsel.id/Humas Pemprov Sulsel]

SuaraSulsel.id - Wakil Gubernur Sulawesi Selatan, Fatmawati Rusdi, mengunjungi Donat Tuli Café Mella dan Rumah Qur’an Tuli Nur Afiah di Kota Makassar.

Kehadiran Fatmawati menjadi bentuk dukungan nyata pemerintah provinsi terhadap kemandirian difabel dan pemberdayaan komunitas tuli di Makassar.

“Saya merasa sangat senang dan bangga bisa hadir di tengah teman-teman tuli. Ini adalah bagian dari komitmen dan kepedulian kami di pemerintah provinsi,” ungkap Fatmawati Rusdi.

Menurutnya, usaha seperti Donat Tuli Café dan Rumah Qur’an Tuli Nur Afiah bukan hanya bisnis semata, tetapi juga simbol nyata pembangunan inklusif.

Baca Juga:Ekspresi Bahagia Ribuan PPPK Pemprov Sulsel Terima SK

Wagub menekankan pentingnya membumikan konsep inklusi sosial agar penyandang disabilitas dapat merasakan langsung manfaat pembangunan.

“Kami ingin melihat pembangunan yang tidak meninggalkan siapa pun. Setiap manusia punya potensi, dan tugas kita semua adalah memastikan potensi itu bisa tumbuh,” ujarnya, Minggu 3 Agustus 2025.

Dorongan untuk Hilangkan Stigma dan Tingkatkan Kepercayaan Diri Difabel

Fatmawati juga menegaskan pentingnya menghapus stigma negatif terhadap penyandang disabilitas.

Ia mengajak kaum difabel untuk tetap percaya diri, terus berkarya, dan mengambil peran aktif dalam pembangunan daerah.

Baca Juga:Banyak Aset Pemprov Sulsel Bermasalah, Kejati Turun Tangan!

“Jangan merendahkan diri karena kekurangan. Terus asah potensi, terus berkarya. Kita tunjukkan bahwa disabilitas juga punya ruang yang sama dalam membangun Sulsel,” tegasnya.

Ia juga mendorong masyarakat dan pemerintah untuk memberi ruang kepada difabel, bukan karena belas kasihan, melainkan karena penghargaan atas potensi dan kerja keras mereka.

Kisah Inspiratif Ramlah, Perintis Donat Tuli Café dan Rumah Qur’an Nur Afiah

Ramlah, pendiri dua tempat inspiratif ini, memulai usahanya sejak 2010 dengan menitipkan donat di warung kecil.

Kini, usahanya berkembang pesat dan mempekerjakan delapan karyawan tuna rungu dengan omzet harian Rp2–3 juta.

“Dulu saya hanya jualan dari warung ke warung. Tapi setelah difasilitasi rebranding oleh pemerintah, usaha saya berkembang. Sekarang saya juga mendirikan Rumah Qur’an untuk teman tuli agar mereka bisa belajar mengaji,” cerita Ramlah melalui juru bahasa isyarat.

Tak hanya itu, beberapa mantan karyawan Ramlah juga sudah berhasil membuka usaha sendiri. Hal ini semakin membuktikan bahwa pemberdayaan difabel bisa berdampak luas jika didukung oleh lingkungan yang inklusif.

Pemberdayaan Difabel, Bukti Pembangunan Inklusif di Sulawesi Selatan

Kehadiran Donat Tuli Café Mella dan Rumah Qur’an Tuli Nur Afiah di Makassar menjadi contoh nyata bahwa kemandirian difabel bukan sekadar wacana.

Melainkan gerakan yang tumbuh dari bawah dan diperkuat oleh kebijakan pemerintah.

Dengan semakin banyaknya usaha yang memberdayakan difabel, diharapkan stigma perlahan terkikis dan inklusi sosial makin nyata dirasakan oleh semua lapisan masyarakat.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini