"Salut untuk para bidan yang siaga membantu ibu melahirkan walau hanya dengan senter HP," tulis warganet.
"Duh, merinding lihat videonya. Antara haru dan miris. Terima kasih tenaga kesehatan di pelosok. Ini juga tamparan buat kita semua. Akses kesehatan di pedalaman harus dibenahi," timpal yang lainnya.
"Salut buat para nakes di Toraja Utara," ucap lainnya.
Toraja Utara diketahui merupakan salah satu kabupaten yang memiliki topografi berbukit dan jalanan sempit serta curam.
Baca Juga:Puskesmas Toraja Utara Diduga Tolak Jemput Pasien Kritis, Ini Kata Dinas Kesehatan
Di beberapa desa, akses menuju puskesmas bisa memakan waktu lebih dari satu jam dengan berjalan kaki, apalagi jika malam hari.
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan pun didorong agar memberikan perhatian lebih terhadap kondisi kesehatan ibu dan anak di daerah terpencil, seperti yang ada di Toraja Utara.
Apalagi, angka kematian ibu dan bayi di wilayah dengan akses sulit masih menjadi tantangan dalam pencapaian target pembangunan kesehatan nasional.
Dari data Dinas Kesehatan Pemprov Sulsel tercatat, angka kematian ibu dan bayi di Sulsel pada 2024 mencapai 754 kasus.
Rinciannya 96 kasus kematian ibu dan 658 kasus kematian bayi.
Baca Juga:"Toleransi Menyentuh Hati: Kisah Dai di Toraja Utara Buktikan Indahnya Keberagaman"
Penyebab kematian ibu 31 persen akibat komplikasi non obstetri. Lalu, 25 persen akibat hipertensi, 19 persen pendarahan, 17 persen akibat komplikasi lainnya.
Sementara, untuk penyebab kematian bayi di dominasi yaitu kasus dugaan Penyakit cardiovascular atau CVD.
Penyakit ini merupakan istilah umum untuk kondisi yang mempengaruhi jantung atau pembuluh darah sebanyak 244 kasus.
Kemudian ada Low birth weight and prematurity yaitu Berat badan lahir rendah (BBLR).
Banyak warga di wilayah terpencil harus menempuh perjalanan jauh hanya untuk mendapatkan layanan dasar seperti melahirkan.
Masyarakat butuh puskesmas pembantu yang lebih dekat atau mobil ambulans yang bisa menjangkau hingga dusun-dusun.