SuaraSulsel.id - Sulawesi Selatan bukan hanya kaya akan budaya dan kuliner, tapi juga surga tersembunyi bagi para pencinta ketinggian. Gunung.
Di balik hutan, lereng dan awan yang mengambang di puncak, terdapat enam gunung megah yang menyimpan sejuta cerita tentang keindahan, tantangan, dan kepercayaan.
Beberapa gunung di bawah ini telah lama menjadi destinasi favorit karena jalurnya yang menantang dan panorama yang tiada duanya.
Tapi, di sisi lain, banyak yang penasaran dengan aura mistis dan cerita-cerita lokal yang telah hidup berpuluh-puluh tahun.
Baca Juga:Ekonomi Sulsel Tidak Baik-Baik Saja? BI Ungkap Ancaman Nyata Ini
Berikut adalah gunung-gunung di Sulawesi Selatan yang jadi favorit para pendaki, tapi penuh cerita mistis:
1. Gunung Latimojong
Kerap pula disebut atap Sulawesi. Berdiri kokoh di Kabupaten Enrekang, Gunung Latimojong atau puncak Rantemario menjulang setinggi 3.478 meter di atas permukaan laut (MDPL).
Inilah puncak tertinggi di Sulawesi sekaligus salah satu dari "Seven Summits of Indonesia", bersama Gunung Kerinci, Rinjani, Semeru, hingga Bukit Raya.
Latimojong menjadi destinasi wajib para pendaki sejati. Jalur Baraka di Kecamatan Baraka adalah akses utama untuk mencapai dua puncak tertingginya, yakni Rantemario dan Nenemori.
Baca Juga:7 Dosa Besar Pendaki Gunung Rinjani yang Sering Berakhir Tragedi
Gunung ini termasuk tidak aktif secara vulkanik sehingga relatif aman untuk pendakian.
Namun bukan hanya tingginya yang membuat Latimojong istimewa, melainkan juga suasana hutannya yang masih alami dan rimbun.
Jalur pendakiannya dibalut pohon-pohon tinggi, akar-akar besar yang membentuk lorong alam, dan embun menggantung di daun-daun.
Hanya suara gemerisik dedaunan, langkah kaki di tanah basah, dan kicau burung yang menemani perjalanan. Sulit untuk menemukannya di tempat lain.
Rantemario belakangan ramai dikunjungi oleh pendaki dari luar pulau.
![Jalur menuju puncak gunung Latimojong yang masih dikelilingi hutan alami [SuaraSulsel.id/Istimewa]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/06/29/27765-gunung-latimojong.jpg)
2. Gunung Balease
Dengan ketinggian 3.016 mdpl, Gunung Balease berdiri di antara Kabupaten Luwu Utara dan Luwu Timur.
Gunung ini berasal dari batuan magmatis hasil bekuan lahar yang terbentuk 10 juta tahun lalu, tapi telah lama menjadi gunung tidak aktif.
Balease menyimpan pesona tersendiri. Jalur pendakiannya yang relatif sepi membuatnya cocok bagi pencari kedamaian dan pencinta lanskap.
Puncak Balease dikenal sebagai salah satu titik tertinggi dan tersulit yang bisa ditaklukkan di Sulawesi Selatan.
Jalurnya tidak hanya terjal dan panjang, tetapi juga menembus belantara yang lebat dan medan berbatu yang licin.
Menurut pengakuan para pendaki senior, waktu tercepat yang dibutuhkan untuk mendaki hingga turun kembali dari puncak adalah tujuh hari penuh.
Tentu itu sebuah perjalanan panjang yang menuntut ketangguhan fisik, kesiapan mental, dan respek mendalam terhadap alam.
Jalur pendakian biasanya dimulai dari dua desa utama, Desa Bantimurung di Kecamatan Bone-bone dan Desa Tamboke di Kecamatan Sukamaju, Luwu Utara. Keduanya menyuguhkan lanskap yang memesona dan penuh misteri.
Di tengah perjalanan, para pendaki akan disambut oleh sebuah tempat yang kerap disebut sebagai Negeri Lumut, sebuah telaga sunyi yang airnya jernih, dikelilingi hamparan lumut hijau.
Tempat ini menjadi persinggahan sebelum menyusuri jalur akhir menuju puncak Balease.
Namun, keindahan Balease tak lepas dari kisah-kisah mistis dan mencekam.
Salah satu peristiwa yang paling membekas terjadi pada tahun 2016 ketika seorang pendaki asal Austria bernama Gerald dilaporkan hilang saat mencoba mencapai puncak.
Pencarian besar-besaran sempat dilakukan oleh tim SAR dan warga sekitar hingga akhirnya Gerald ditemukan dalam keadaan lemas di Gunung Tamboke, sekitar dua kilometer dari perkampungan warga.
Meski ditemukan selamat, kisah tersebut menjadi pengingat bahwa Gunung Balease tidak bisa dianggap remeh apalagi bagi pendaki pemula.
![Jalur menuju puncak gunung Latimojong yang masih dikelilingi hutan alami [SuaraSulsel.id/Istimewa]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/06/29/15334-gunung-latimojong.jpg)
3. Gunung Bawakaraeng
Gunung Bawakaraeng dengan tinggi 2.845 mdpl, terletak di Kabupaten Gowa.
Namanya berasal dari bahasa Konjo yang berarti “mulut dewa”.
Udara di puncaknya bisa mencapai nol derajat Celsius saat musim hujan menjadikannya salah satu titik terdingin di Sulawesi Selatan.
Bawakaraeng dikenal karena mitosnya. Setiap musim haji, ratusan orang melakukan "haji lokal" ke puncaknya.
Sebuah kepercayaan bagi masyarakat kaki gunung yang meyakini bahwa gunung ini adalah tempat berkumpulnya para wali.
Terlepas dari kontroversinya, pemandangan dan suasana mistis Bawakaraeng telah menarik ribuan pendaki dari dalam dan luar negeri.
![Basarnas Makassar bersama Tim Sar Gabungan mengevakuasi satu pendaki yang sakit di Pos 10 Gunung Bawakaraeng, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan / [Foto: Basarnas Makassar]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2020/11/09/15688-pendaki-gunung-bawakaraeng.jpg)
4. Gunung Lompobattang
Tak jauh dari Bawakaraeng, berdiri Gunung Lompobattang di Kabupaten Bantaeng, dengan tinggi 2.874 mdpl. Jalur menuju puncaknya dikenal terjal dan menantang.
Uniknya, jalur ini melewati Pasar Anjaya, sebuah titik yang dikenal sebagai "pasar gaib" oleh para pendaki lokal.
Tak ada lapak atau pedagang disitu. Hanya hamparan dataran tanpa pepohonan di antara hutan rimbun.
Banyak cerita berkembang tentang mereka yang 'tersesat' secara aneh di sini. Membuat Pasar Anjaya jadi legenda di dunia pendakian di Sulsel.
![Anggota Basarnas Sulsel menuju lokasi jatuhnya pendaki di Gunung Lompobattang, Sulawesi Selatan / [SuaraSulsel.id / Basarnas Sulsel]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/03/14/72477-gunung-lompobattang.jpg)
5. Gunung Bulusaraung
Gunung Bulusaraung berada di kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, Kabupaten Pangkep dengan ketinggian 1.353 mdpl.
Bulusaraung dalam bahasa Bugis-Makassar, khususnya dalam konteks nama gunung, memiliki arti "gunung yang menyerupai topi caping".
"Bulu" berarti gunung, sedangkan "saraung" merujuk pada topi caping, topi yang biasa dipakai petani untuk melindungi diri dari panas dan hujan.
Meski tidak terlalu tinggi, jalurnya tetap memberikan tantangan yang menyenangkan bagi pendaki pemula.
Bulusaraung bukan sekadar gunung, tapi meliputi kawasan karst dan hutan yang kaya akan flora dan fauna, termasuk ratusan spesies kupu-kupu.

6. Sesean
Terakhir, ada Gunung Sesean setinggi 2.100 mdpl yang terletak di Toraja Utara. Gunung ini terbentuk dari aktivitas vulkanik jutaan tahun silam.
Meski kawahnya telah hilang, bentuk kerucutnya masih tegak, menjulang di atas tanah yang sarat tradisi.
Hanya butuh kurang dari empat jam untuk mencapai puncaknya, menjadikannya favorit bagi wisatawan dan keluarga.
Dari puncak, bentang alam Toraja tampak seperti lukisan alam yang mengundang decak kagum.
Kontributor : Lorensia Clara Tambing