SuaraSulsel.id - Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan resmi menetapkan empat sekolah sebagai sekolah unggulan di Kota Makassar.
Ke empat sekolah tersebut adalah SMAN 1, SMAN 2, SMAN 5, dan SMAN 17 Makassar.
Berbeda dengan sekolah reguler, sekolah unggulan hanya menerima siswa baru melalui satu jalur, yakni jalur Tes Potensi Akademik (TPA).
Jalur ini menggantikan seluruh skema lain seperti domisili, afirmasi, maupun perpindahan orang tua.
Baca Juga:Menpora & Gubernur Sulsel 'Ngopi' Bahas Stadion Sudiang! Proyek Mangkrak atau Lanjut?
"Jadi tidak ada lagi jalur domisili atau afirmasi untuk empat sekolah ini. Semuanya hanya nilai rapor dan TPA. Itulah nilai bobotnya," kata Muliayama Tanjung, ketua Tim Teknis Seleksi Penerimaan Murid Baru (SPMB) 2025, Selasa, 20 Mei 2025.
Pelaksanaan TPA telah digelar secara serentak pada 17-19 Mei 2025 dan diikuti oleh total 189.800 calon murid dari seluruh Sulawesi Selatan.
Kata Muliayama, nilai TPA ini akan diakumulasi dengan rata-rata nilai rapor siswa dari kelas 1 hingga kelas 3 SMP untuk menentukan peringkat kelulusan.
Adapun daya tampung masing-masing sekolah unggulan telah ditentukan.
SMAN 1 Makassar akan menerima 396 siswa untuk 11 rombongan belajar (rombel), SMAN 2 Makassar menyiapkan 360 kursi dalam 10 rombel.
Baca Juga:Penumpang KM Tidar Diduga Terjun ke Laut di Makassar, Pencarian Masih Berlangsung
SMAN 5 Makassar memiliki kuota 432 siswa dalam 12 rombel, dan SMAN 17 Makassar menerima 360 siswa untuk 10 rombel.
Bagi siswa yang lolos seleksi berdasarkan perankingan nilai gabungan TPA dan rapor, pendaftaran akan dibuka pada 26-28 Mei 2025.
Disdik Temukan Kendala TPA
Muliayama mengungkap, meski secara umum berjalan lancar, pelaksanaan TPA tahun ini tidak sepenuhnya bebas dari kendala.
Dinas Pendidikan Sulsel menemukan sejumlah permasalahan teknis saat tes berlangsung. Sebagian besar terjadi pada calon murid yang mengikuti tes menggunakan ponsel pribadi.
Ia menyebut terdapat sekitar 300 peserta yang tidak menjawab satu pun soal dengan benar. Artinya skornya nol.
Sementara itu, sekitar 700 peserta mengalami kendala teknis seperti memori ponsel penuh, jaringan tidak stabil, atau tidak menekan tombol selesai, setelah mengerjakan soal, yang menyebabkan jawaban mereka tidak tersimpan di sistem.
"Ada juga yang mengira aplikasinya akan logout sendiri setelah menjawab, padahal harus menekan tombol selesai. Jadi jawabannya tidak terbaca sistem," ucapnya.
Ia memastikan para peserta yang mengalami kendala teknis akan diberikan kompensasi berupa kesempatan untuk mengikuti tes ulang.
"Akan kita berikan kompensasi untuk tes ulang," sebutnya.
SMAN 2 Catat 1.072 Calon Murid Ikut TPA
Sementara, Kepala SMAN 2 Makassar, Syafruddin mengaku pihaknya mencatat sebanyak 1.072 calon murid mengikuti TPA.
Ia juga membenarkan adanya kasus peserta yang mendapat nilai nol.
"Memang ada beberapa peserta dengan skor 0. Bisa jadi karena jawabannya memang tidak benar semua, atau bisa juga karena gangguan aplikasi," ujarnya.
Ia menyebutkan, hasil TPA keluar pada hari yang sama. Dalam waktu sekitar 30 menit setelah ujian selesai, nilai peserta akan langsung muncul di akun masing-masing.
Hal ini menjadi bagian dari sistem seleksi yang dianggap lebih objektif karena menggabungkan nilai rapor dan hasil TPA.
Menurutnya, keberadaan TPA memberi peluang validasi terhadap nilai rapor yang selama ini kerap berbeda antar sekolah.
Syafruddin mencontohkan, ada siswa dengan rata-rata nilai rapor 95, namun hanya memperoleh nilai TPA sebesar 70.
"Ini bisa menjadi indikator bahwa standar penilaian akademik di tiap sekolah memang belum seragam. Dengan adanya TPA, kita bisa melihat peta kemampuan siswa yang lebih merata dan terukur," tambahnya.
Ia menekankan, sistem seleksi berbasis TPA turut membantu meminimalkan kecurangan dalam proses penerimaan siswa.
Khususnya di jalur prestasi yang kini menjadi satu-satunya jalur masuk ke sekolah unggulan seperti SMAN 2.
"Di era keterbukaan seperti sekarang, potensi manipulasi nilai bisa ditekan. Sistem ini lebih transparan dan adil," ucapnya.
Dengan mengandalkan TPA sebagai penilaian utama, SMAN 2 Makassar berharap proses seleksi tahun ini dapat berjalan lebih berkualitas, tanpa diskriminasi akses dan tanpa intervensi luar.
Syafruddin juga mendorong agar ke depan ada upaya penyeragaman standar penilaian akademik di seluruh sekolah sebagai bagian dari perbaikan sistem pendidikan.
Kontributor : Lorensia Clara Tambing