“Dengan kolaborasi antara Bupati, DPRD, Camat, Kepala Desa, dan PT Vale, kita bisa melangkah bersama — dari langkah kecil menuju lompatan besar. Ini adalah bentuk pembangunan yang berpihak kepada rakyat,” ucapnya penuh semangat.
Menjaga Keindahan Alam dan Inovasi Lingkungan
Dalam kunjungannya ke Danau Matano, Fatmawati mengungkapkan kekagumannya atas kebersihan dan keasrian danau yang berada di dekat area tambang.
Danau Matano merupakan salah satu danau terdalam di Asia Tenggara, dan PT Vale secara konsisten menjalankan monitoring kualitas air secara berkala bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Baca Juga:Tambang Emas di Luwu, Gubernur Sulsel: Jangan Sampai Rakyat Hanya Jadi Korban
Hasil uji kualitas air menunjukkan bahwa Danau Matano tetap dalam kondisi kelas A, aman untuk konsumsi, dan menjadi sumber air utama bagi masyarakat Sorowako.
Fatmawati juga mengunjungi Taman Keanekaragaman Hayati (Kehati) Sawerigading Wallace yang didalamnya ada nursery PT Vale yang menjadi pusat pembibitan lebih dari 700.000 bibit pohon setiap tahunnya.
Termasuk pohon langka dan tanaman produktif untuk keperluan reforestasi, agroforestri, serta program rehabilitasi daerah aliran sungai (DAS).
Di Lokasi tersebut Fatmawati melakukan penanaman pohon Eboni lengkap dengan tagging nama pohon miliknya.
Dia mengaku kagum dengan sistem penanaman pohon, bagaimana PT Vale mengindetifikasi dan memperkenalkan bibit pohon menggunakan sistem barcode dan tagging.
Baca Juga:PT Vale Gandeng Huayou, Ford, dan GEM: Pertambangan Hijau Masa Depan Dimulai di Indonesia
Menurutnya, sistem tersebut sudah sangat modern, padahal dirinya baru saja akan mengusulkan tapi sudah diterapkan dengan baik.
“Nurserynya luar biasa. Ini bukan hanya untuk kepentingan perusahaan, tetapi mendukung penuh misi besar Pemerintah Sulsel dalam membangun ekosistem hijau yang berkelanjutan,” ungkapnya.
Bupati Luwu Timur, Irwan Bachri Syam, dalam kesempatan yang sama menjelaskan pengembangan Taman Kehati Sawerigading Wallacea sebagai hasil kolaborasi antara Pemkab Luwu Timur dan PT Vale.
Kawasan ini dirancang menjadi pusat edukasi lingkungan dan wisata berbasis konservasi, yang mencakup museum tambang, penangkaran rusa Timor, hingga laboratorium konservasi vegetasi endemik.
“Kami ingin kawasan ini menjadi ruang belajar terbuka, bukan hanya untuk masyarakat lokal, tapi juga untuk nasional. PT Vale dan pemerintah memiliki visi yang sama untuk membangun peradaban yang ramah lingkungan,” ujarnya.
Melalui semua inisiatif ini, PT Vale membuktikan bahwa industri tambang dapat memainkan peran kunci dalam mewujudkan pembangunan yang inklusif, hijau, dan berkelanjutan.