“Ini Syawalan yang sangat membanggakan. Saya belum pernah menghadiri Syawalan yang sekaligus mencanangkan pembangunan gedung 13 lantai. Ini luar biasa,” ucapnya disambut tepuk tangan para hadirin.
Lebih lanjut, Prof. Haedar menilai bahwa kemandirian keuangan dan pengelolaan organisasi di level wilayah seperti Sulsel menunjukkan kematangan struktural Muhammadiyah.
Ia mengingatkan bahwa dana dari pusat tidak disalurkan ke wilayah yang sudah mapan, melainkan difokuskan untuk daerah-daerah yang masih berkembang.
Oleh karena itu, kekuatan Sulsel memang tumbuh dari kemampuan sendiri, dan itu adalah kebanggaan tersendiri.
Baca Juga:Dosen Unismuh Makassar Dikirim Kemenkes Bantu Korban Gempa Myanmar
Rencana pembangunan ini juga mendapat dukungan dari Gubernur Sulawesi Selatan, yang menyatakan kesiapannya membantu proses pembangunan gedung tersebut.
Kolaborasi antara Muhammadiyah dan pemerintah daerah dinilai menjadi contoh sinergi yang bisa mempercepat peningkatan kualitas pendidikan dan pemberdayaan masyarakat di Sulsel.
Tak hanya soal fisik bangunan, Syawalan kali ini juga menjadi ruang refleksi spiritual.
Prof. Haedar menekankan pentingnya menjadikan silaturahmi sebagai sarana memperkuat nilai-nilai ketakwaan yang telah ditempa selama Ramadan.
Ia menyebut bahwa inti dari ibadah puasa bukan hanya menahan lapar dan haus, tetapi juga mengendalikan amarah, mengasah kepekaan sosial, dan memperkuat solidaritas.
Baca Juga:30 Lokasi Salat Idulfitri Muhammadiyah di Makassar, Ini Daftar Lengkapnya
Ia juga memberikan apresiasi khusus kepada budaya dakwah Muhammadiyah di Sulsel yang kuat dan konsisten.