Waspada! 5 Daerah di Sulsel Siaga Banjir Bandang, BMKG Himbau Ini

Lima daerah di Sulawesi Selatan akan mengalami cuaca ekstrem selama Januari 2025

Muhammad Yunus
Kamis, 02 Januari 2025 | 13:18 WIB
Waspada! 5 Daerah di Sulsel Siaga Banjir Bandang, BMKG Himbau Ini
Dokumentasi: Kondisi wilayah di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, Selasa, 7 Mei 2024. Setelah diterjang banjir dan longsor [SuaraSulsel.id/BNPB RI]

SuaraSulsel.id - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan lima daerah di Sulawesi Selatan akan mengalami cuaca ekstrem selama Januari 2025.

Daerah tersebut meliputi Barru, Gowa, Makassar, Maros, dan Pangkajene Kepulauan.

Kepala BMKG RI, Dwikorita Karnawati, dalam rapat koordinasi kebencanaan di Makassar, menyatakan bahwa lima daerah ini berada dalam status siaga.

Curah hujan tinggi hingga sangat tinggi diprediksi akan terjadi hingga dasarian III Januari 2025.

Baca Juga:Dari Masjid 99 Kubah, Warga Sulsel Panjatkan Doa untuk Kedamaian dan Kemajuan di Tahun 2025

"Lima daerah ini berpotensi mengalami banjir kategori tinggi selama dasarian I-III Januari 2025," ungkap Dwikorita, Kamis, 2 Januari 2025.

Ia juga menambahkan bahwa puncak musim hujan di Sulawesi Selatan akan berlangsung hingga bulan Juni, lebih panjang dibandingkan daerah lain di Indonesia, seperti Pulau Jawa, yang hanya mengalami puncak hujan pada Desember 2024 hingga Januari 2025.

Sifat Hujan di Sulsel Berbeda

Meski secara umum curah hujan di bulan Januari hingga Maret berada dalam kategori normal, wilayah seperti Gowa, Makassar, Maros, Pinrang, dan Luwu Timur diperkirakan akan mengalami curah hujan dengan sifat di atas normal.

Hal ini menunjukkan bahwa Sulsel termasuk daerah dengan risiko bencana tinggi.

Baca Juga:16 Anggota Polda Sulsel Dipecat Karena Terlibat Narkoba dan Selingkuh

"Sifat hujan atas normal ini berarti intensitas hujannya lebih tinggi dari biasanya, sehingga perlu diwaspadai terutama di daerah rawan banjir," tambah Dwikorita.

Dwikorita meminta masyarakat Sulsel, khususnya yang berada di wilayah rawan bencana, untuk memantau kondisi cuaca secara berkala melalui aplikasi BMKG.

Informasi terkait curah hujan, kecepatan dan arah angin, hingga kelembapan udara dapat diakses secara real-time.

"Karena perubahan cuaca sangat cepat, masyarakat diimbau untuk selalu siaga dan memanfaatkan teknologi untuk mendapatkan informasi terkini," ujarnya.

Kerusakan DAS dan Risiko Banjir

Masalah banjir di Sulawesi Selatan diperburuk oleh kerusakan di hulu Daerah Aliran Sungai (DAS). Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan, Suryadarma, mengungkapkan bahwa kerusakan ini disebabkan oleh penebangan pohon tanpa restorasi yang memadai.

"DAS kita kritis akibat penggundulan dan erosi lahan. Hujan dengan intensitas sedang saja bisa membuat sungai meluap," jelasnya.

Ia mencontohkan kerusakan di Sungai Saddang, Danau Tempe, dan Walanae, yang menjadi bukti nyata dampak pengelolaan DAS yang buruk.

Upaya normalisasi sungai melalui pengerukan dianggap kurang maksimal karena cuaca yang tidak menentu. Menurut Suryadarma, sedimentasi yang berasal dari hulu terus mengendap di hilir, sehingga proses normalisasi menjadi kurang efektif.

"Sungai kita keruk, tapi tahun depan sedimennya kembali lagi. Inilah yang membuat pendangkalan sungai semakin parah. Hujan sedikit saja, sungai langsung meluap," tambahnya.

Normalisasi sungai juga membutuhkan anggaran besar, yang menjadi kendala dalam mengatasi masalah banjir di Sulsel secara menyeluruh.

Siaga Bencana, Fokus pada Restorasi

Dengan kondisi cuaca ekstrem yang mengancam, pemerintah dan masyarakat Sulsel harus bekerja sama untuk mengurangi risiko bencana.

Restorasi hutan di hulu DAS menjadi solusi jangka panjang yang perlu mendapat perhatian serius.

Selain itu, kesiapsiagaan masyarakat dan pemanfaatan teknologi untuk memantau kondisi cuaca dapat membantu mengurangi dampak cuaca ekstrem yang diprediksi berlangsung hingga Juni.

Cuaca ekstrem di Sulsel menjadi peringatan bahwa kerusakan lingkungan harus segera ditangani agar bencana seperti banjir tidak terus berulang setiap musim hujan tiba.

Waspada, siaga, dan kolaborasi menjadi kunci menghadapi tantangan ini.

Kontributor : Lorensia Clara Tambing

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini