Bagi Wildam, kesenian itu soal keikhlasan dan kejujuran hidup.
![Wildam dan lukisan Uang Panai saat dipamerkan di GOR Malili, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan [SuaraSulsel.id/Lorensia Clara Tambing]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2024/01/23/42632-uang-panai-lukisan.jpg)
Karya Lahir dari Keresahan
Ia mengungkapkan bahwa setiap karyanya lahir dari keresahannya. Ia merasa pernah ada waktu dimana orang hanya memandang kekayaan.
"Sekarang kan zaman dimana kita menghargai orang dari fesyennya, dari kekayaannya, bukan lagi hubungannya dengan Tuhannya dan sesama manusia," sebutnya.
Baca Juga:Ritual Annyorong Lopi, Kearifan Lokal Bugis dalam Peluncuran Kapal Pinisi di Pantai Losari Makassar
Tak hanya berkisah soal uang panai. Wildam juga menggambarkan kondisi yang kerap dialami masyarakat rentan seperti buruh.
Hasil karyanya bahkan sudah pernah dipamerkan di Taman Mini Indonesia Indah (TMII).
"Saya juga melukis soal buruh yang diupah tidak selayaknya lewat uang Rp100 ribu," sebutnya.
Lewat hasil karyanya itu, Wildam ingin memberi pesan moral bagi kita bahwa uang bisa mengukur tingkat sosial seseorang, namun tidak selamanya dapat membahagiakan.
Kontributor : Lorensia Clara Tambing