Menyusuri Keberagaman Tarian di Sulawesi Selatan, Dari Gandrang Bulo Hingga Pajoge Makkunrai

Sulawesi Selatan adalah daerah yang kaya akan berbagai kebudayaan seni tari

Muhammad Yunus
Senin, 16 Oktober 2023 | 12:42 WIB
Menyusuri Keberagaman Tarian di Sulawesi Selatan, Dari Gandrang Bulo Hingga Pajoge Makkunrai
Salah satu jenis tarian di Sulawesi Selatan [SuaraSulsel.id/Istimewa]

Pagellu artinya menari dengan gembira sambil menggoyangkan tangan dan badan diiringi tabuhan gendang dan teriakan. Biasanya tarian ini ditampilkan pada acara Rambu Tuka atau syukuran.

Pagellu' pertama kali diciptakan oleh seorang perempuan asal Toraja Utara bernama Datu Bua. Konon, Datu Bua saat kembali dari medan perang disambut dan dirayakan dengan tarian sukacita.

Pada waktu itu belum ada alat musik gendang sehingga mereka menggunakan lesung sebagai pengiring tarian. Pada pementasan tari pa'gellu, ada satu hal yang menarik yaitu Ma’toding atau memberikan sejumlah uang kepada para penari dengan disisipkan pada hiasan kepala mereka.

4. Pattennung

Baca Juga:Latar Belakang 9 Mantan Gubernur Sulawesi Selatan, Militer Hingga Ahli Nuklir

Pattennung merupakan tarian yang berasal dari Sulawesi Selatan. Tarian ini menggambarkan aktivitas menenun wanita-wanita Bugis dalam mengisi waktu senggang.

Pattennung tercipta melalui penghayatan yang mendalam dengan gerakan gemulai yang indah. Tarian ini mengisyaratkan kesabaran para penenun ketika mereka mengerjakan pekerjaannya.

Dibutuhkan konsentrasi dan fokus sehingga menghasilkan kain sutera yang indah. Oleh sebab itu, instrumen musik sangat penting dalam mengiringi para penari untuk dapat mengekspresikan setiap gerakan ketika cepat atau lambat.

Tarian ini memakai pakaian khas yakni baju bodo panjang, lipaq sabbe atau sarung, curak lakba, rante ma’bule, pontoyang dan juga hiasan bangkara serta properti berupa sarung lempar. Ketika tarian ini dilakukan, maka akan diiringi juga dengan alat musik tradisional seperti gendang dan juga suling.

5. Pa'bitte Passapu

Pa'bitte Passapu adalah tarian adat Ammatoa Kajang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Biasanya tarian ini dipertunjukkan untuk menjemput tamu adat atau pada suatu acara pernikahan.

Baca Juga:Protes Kepala Desa di Sulawesi Selatan: Tolak Kebijakan Pj Gubernur Terkait Dana Desa untuk Budidaya Pisang

Konon, kaum bangsawan Makassar sangat menyukai sabung ayam. Mereka menganggap keberanian seseorang bisa nampak ketika mengadu dua ekor ayam.

Maka dari itulah banyak anak raja dan pengawal istana terjun ke arena sabung ayam hanya untuk menunjukkan keberanian mereka, yang dibarengi dengan taruhan.

Namun setelah Islam masuk di Kerajaan Gowa yang menjadi induk kerajaan Makassar, sabung ayam perlahan-lahan dihilangkan. Haram hukumnya karena dianggap menyiksa binatang.

Masyarakat pun mencari hal lain yang bisa diadu untuk menghibur diri sekaligus menyalurkan minat mereka. Makanya, terciptalah tarian "Pa'bitte Passapu", yang berarti menyabung sapu tangan (passapu).

Pada tarian ini, sapu tangan dianggap sebagai ayam yang disabungkan. Sekarang,"Pa'bitte Passapu" menjadi tarian untuk menjemput tamu adat atau acara pernikahan.

6. Pajoge Makkunrai

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini