Latar Belakang 9 Mantan Gubernur Sulawesi Selatan, Militer Hingga Ahli Nuklir

Kemajuan provinsi Sulawesi Selatan tak lepas dari peran kepala daerah

Muhammad Yunus
Minggu, 15 Oktober 2023 | 13:08 WIB
Latar Belakang 9 Mantan Gubernur Sulawesi Selatan, Militer Hingga Ahli Nuklir
Kolase foto sejumlah mantan Gubernur Sulawesi Selatan [SuaraSulsel.id/Istimewa]

SuaraSulsel.id - Kemajuan provinsi Sulawesi Selatan tak lepas dari peran kepala daerah. Syahrul Yasin Limpo, Nurdin Abdullah, dan Andi Sudirman Sulaiman adalah deretan nama yang pernah menduduki jabatan orang nomor satu di Sulsel.

Namun jauh sebelum itu, ada banyak nama lain yang juga memiliki peran penting dalam pengembangan Sulsel hingga terkenal jadi gerbang perekonomian Indonesia timur. Mereka mengisi jabatan gubernur waktu Indonesia baru saja dinyatakan merdeka.

Secara historis, Gubernur Sulawesi Selatan banyak dijabat kalangan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI), pada awal berdirinya provinsi ini, hingga masa Orde Baru di bawah pemerintahan Presiden Soeharto.

Dulunya, Sulawesi Selatan adalah sebuah provinsi yang dimekarkan dari provinsi Sulawesi hingga tahun 1960. Sulawesi dimekarkan menjadi dua, yakni provinsi Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan.

Baca Juga:Protes Kepala Desa di Sulawesi Selatan: Tolak Kebijakan Pj Gubernur Terkait Dana Desa untuk Budidaya Pisang

Dari wilayah teritorial Sulawesi Selatan mencakup Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat. Namun, kedua provinsi ini turut dimekarkan pada tahun 1964 dan 2004.

Berikut nama Gubernur Sulawesi Selatan dari masa ke masa:

1. Andi Achmad Rifai periode 1960-1966

Andi Achmad Rifai Manggabarani adalah seorang perwira militer yang menjabat sebagai Gubernur Sulawesi Selatan pertama. Ia menjabat pada periode 1960-1966.

Sebelum ditunjuk menjadi Gubernur, Ahmad Rifai menjabat sebagai Kepala Staf Daerah Militer XIV/Hasanuddin. Ia lalu dilantik sebagai gubernur pertama Provinsi Sulawesi Selatan pada tanggal 13 Desember 1960.

Baca Juga:5 Fakta Menarik Suku Bugis, Suku Terbesar di Sulawesi Selatan

Di era kepemimpinannya, terjadi peristiwa Gerakan 30 September (G-30 S/PKI). Karena krisis moneter dan pangan, Achmad merekrut sejumlah tenaga ahli dari Universitas Hasanuddin untuk membantunya merumuskan kebijakan-kebijakan soal produksi beras di Sulawesi Selatan.

Ia mengakhiri masa jabatannya sebagai gubernur pada tanggal 17 November 1966 dan menunjuk Achmad Lamo sebagai penggantinya. Setelah selesai menjabat sebagai Gubernur, Ahmad Rifai memilih berkiprah di dunia politik dan menjadi anggota DPR Gotong Royong 1968-1971.

2. Achmad Lamo periode 1966-1977

Achmad Lamo adalah Gubernur Sulawesi Selatan periode 1966-1978. Ia juga pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).

Achmad Lamo memulai karier militer pada sekolah polisi di Sukabumi. Ia punya pengalaman selama perang kemerdekaan di berbagai tempat di Jawa dan Makassar.

Achmad menjabat sebagai Wakil Kepala Staf Kodam XIV Hasanuddin sebelum ditunjuk menjadi Gubernur Sulawesi Selatan kedua.

Tiga bulan sebelum masa jabatannya berakhir sebagai Gubernur, Presiden Soeharto melantik Achmad menjadi wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat periode 1977-1982 bersama Mashuri, Isnaini, Raden Kartidjo dan Masjkur. Saat itu Ketua MPR dipimpin oleh Adam Malik.

3. Andi Oddang Makka

Andi Oddang Makka adalah Gubernur Sulawesi Selatan periode 1978-1983 menggantikan Achmad Lamo. Ia juga merupakan Raja Tallo ke-19.

Ia pernah menjabat Kepala Staf Angkatan Darat Kodam XIV Hasanuddin kala itu. Sebelum akhirnya dilantik menjadi Gubernur Sulsel.

Oddang dulunya bersekolah di Sekolah Rakyat di Parepare dan lulus pada tahun 1941. Namun, karena pendudukan Jepang di Hindia Belanda setahun kemudian, ia tidak dapat melanjutkan pendidikannya.

Dia kemudian melarikan diri ke Surabaya bersama delapan temannya yang lain ke pulau-pulau Jawa setelah Kemerdekaan Indonesia untuk melepaskan diri dari tekanan militer di Parepare.

Di Surabaya, Andi Oddang resmi menjadi anggota kesatuan 001 Angkatan Laut Surabaya pada akhir Mei 1946. Ia mendapat kesempatan bergabung dalam kesatuan dan mendapat pangkat pertama sebagai letnan.

Dari pengabdiannya kepada negara sebagai prajurit, ia memperoleh penghargaan beberapa bintang jasa, seperti Bintang Gerilya, Bintang Kartika Eka Paksi, Bintang Legiun Veteran Rl, Bintang 50 tahun Angkatan 45 dan Bintang Melati Pramuka.

4. Ahmad Amiruddin

Ahmad Amiruddin adalah gubernur Sulawesi Selatan dua periode 1983–1988 dan 1988–1993. Ia juga pernah menjabat sebagai Wakil Ketua MPR.

Ahmad juga merupakan mantan Rektor Universitas Hasanuddin ke–6. Di bidang akademisi, ia merupakan ahli kimia nuklir ternama di Indonesia.

Ahmad Amiruddin punya banyak terobosan di bidang pendidikan. Saat jadi rektor, ia mengirim 100 mahasiswa pascasarjana ke Jepang dan Eropa untuk program doktoral di bidang kedokteran.

Alumni Universitas Kentucky Amerika itu juga jadi pelopor utama memindahkan kampus Universitas Hasanuddin Baraya Jalan Sunu ke Tamalanrea.

Jenderal M. Jusuf yang saat itu menjabat Menhankam/Pangab kemudian menghadap langsung Presiden Soeharto. Ia mengusulkan agar Amiruddin diberi kesempatan memimpin Sulsel.

Usulan itu diterima. Penunjukan Amiruddin sebagai gubernur menuai pujian. Pasalnya, di rezim Orde Baru, sangat jarang jabatan kepala daerah bisa dijabat oleh orang sipil karena sudah lekat dengan hegemoni militer.

5. Zainal Basri Palaguna 1993-1998, 1998-2003

Zainal Basri Palaguna adalah Gubernur Sulawesi Selatan dua periode. Ia menggantikan Ahmad Amiruddin dari tahun 1993-1998 dan 1998-2003.

Ia pernah menjabat sebagai Pangdam VII Wirabuana, yang saat ini jadi Kodam XIV Hasanuddin sebelum dilantik jadi Gubernur. Pria berpangkat Mayor Jenderal itu bahkan pernah juga ditunjuk jadi Bupati Pinrang di tahun 1986.

Masyarakat Sulsel menganggap ZB Palaguna adalah sosok pemimpin yang berwibawa dan berintegritas. Ia mampu membawa Sulsel melalui masa-masa kritis saat krisis moneter melanda Indonesia pada 1998.

Zaenal dianggap Gubernur yang berhasil mengangkat derajat petani. Di era kepemimpinannya, ia berhasil meningkatkan harga kakao, yang membuat petani bergembira.

6. Amin Syam 2003-2008

Amin Syam adalah seorang mantan perwira militer dan politikus Indonesia. Ia menjabat Gubernur Sulawesi Selatan pada tahun 2003 sampai tahun 2008.

Ahmad berpasangan dengan Syahrul Yasin Limpo sebagai wakilnya. Keduanya menang telak dalam Pemilihan Gubernur pada tahun 2002.

Sebelumnya, Amin Syam juga pernah menjadi hakim dan guru di militer, bupati Enrekang, dan ketua DPRD Sulsel. Di periode keduanya, ia harus berhadapan dengan Syahrul Yasin Limpo atau SYL yang juga maju mencalonkan diri. Tetapi ia kalah dan hanya memperoleh 37 persen suara saja.

7. Syahrul Yasin Limpo

Syahrul Yasin Limpo atau SYL menjabat sebagai Gubernur Sulawesi Selatan dua periode. Yakni tahun 2008-2013 dan 2013-2018 bersama Agus Arifin Nu'mang.

Syahrul Yasin Limpo adalah mantan Gubernur Sulawesi Selatan yang pertama kali dipilih secara langsung. Sebelum menjabat sebagai Gubernur, ia pernah menjabat sebagai Bupati di Kabupaten Gowa selama dua periode, kemudian menjabat Wakil Gubernur selama satu periode mendampingi Amin Syam.

Ia akhirnya memenangkan pertarungan dengan Amin Syam dalam pilkada Sulsel pada tahun 2007, setelah keduanya sama-sama maju bertarung sebagai calon petahana.

Di era kepemimpinannya, pergerakan ekonomi Sulawesi Selatan mengalami pertumbuhan drastis disumbang dari sektor pertanian. Ia berhasil meningkatkan produksi beras dan berhasil mengekspor jagung pertama kalinya sepanjang sejarah ke Filipina dan Malaysia.

Kemudian pada tanggal 23 Oktober 2019, Syahrul Yasin Limpo resmi dilantik Presiden Joko Widodo untuk menjadi pembantu presiden dalam bidang pertanian menggantikan Amran Sulaiman menteri Pertanian periode sebelumnya yang juga berasal dari Sulawesi Selatan. Ia lalu mengundurkan diri pada Oktober 2023 karena dugaan korupsi.

8. Nurdin Abdullah

Nurdin Abdullah adalah Gubernur Sulawesi Selatan periode 2018–2023 yang berpasangan Andi Sudirman Sulaiman sebagai wakilnya. Ia juga merupakan mantan Bupati Bantaeng dua periode.

Nurdin Abdullah adalah bupati pertama di Indonesia yang bergelar profesor. Ia menyelesaikan studi S1 di Fakultas Pertanian dan Kehutanan di Universitas Hasanuddin pada tahun 1986 dan S2 Master of Agriculture di Universitas Kyushu Jepang pada tahun 1991. Di Universitas yang sama, ia pun menyelesaikan studi S3 Doktor of Agriculture (1994).

Semasa menjabat sebagai bupati, ia mendapat anugerah Tanda Kehormatan Bintang Jasa Utama dari Presiden Indonesia Joko Widodo. Tanda jasa ini dianugerahkan kepada empat tokoh yang dinilai telah memberikan sumbangsih dalam bidang sosial kemanusiaan.

Pada Pemilihan Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan 2018, Nurdin Abdullah yang berpasangan dengan Andi Sudirman Sulaiman mencalonkan diri sebagai Calon Gubernur Sulawesi Selatan dan menjadi pemenang. Namun, ia harus diberhentikan dari jabatannya sebagai Gubernur Sulsel pada tahun 2021 karena terjerat kasus korupsi.

9. Andi Sudirman Sulaiman

Andi Sudirman Sulaiman merupakan Gubernur Sulawesi Selatan yang menjabat pada 10 Maret 2022. Sebelumnya, ia adalah wakil gubernur Sulawesi Selatan.

Ia menggantikan Nurdin Abdullah yang tersandung kasus korupsi. Presiden Joko Widodo kemudian melantiknya sebagai Gubernur Sulawesi Selatan pada 10 Maret 2022.

Berusia 38 tahun, Sudirman menjadi gubernur termuda di Indonesia. Ia juga merupakan adik dari Mantan Menteri Pertanian RI, Andi Amran Sulaiman.

Kontributor : Lorensia Clara Tambing

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini