SuaraSulsel.id - "Harga diri jauh lebih tinggi daripada pangkat dan jabatan". Hal tersebut diungkapkan Syahrul Yasin Limpo usai menyerahkan surat pengunduran dirinya sebagai Menteri Pertanian kepada Presiden Joko Widodo, melalui Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg), Pratikno.
SYL, panggilan akrabnya memilih mundur agar fokus menjalani proses hukum dugaan tindak pidana korupsi yang menjeratnya.
"Saya orang Bugis Makassar dan rasanya harga diri jauh lebih tinggi daripada pangkat dan jabatan," ungkap Syahrul, Kamis, 5 Oktober 2023.
Mantan Gubernur Sulawesi Selatan itu meminta waktu agar bisa menghadapi proses hukum yang bergulir di Komisi Pemberantasan Korupsi. Ia menegaskan siap mempertanggungjawabkan semuanya.
Baca Juga:Kapolri: Kasus Dugaan Pemerasan Pimpinan KPK Harus Ditangani Hati-hati
"Saya berharap nasihat orang tua saya, nasihat budaya saya dari sana, kalau berani berbuat, berani bertanggung jawab. Saya siap bertanggung jawab," tegas Syahrul.
Antropolog Universitas Hasanuddin Makassar Tasrifin Tahara menilai, sikap Syahrul sejalan dengan filosofi hidup yang dipegang teguh masyarakat Bugis Makassar. Siri' na Pacce.
Budaya Siri' na Pacce wajib dipegang teguh oleh masyarakat Bugis-Makassar. Siri' berhubungan dengan harga diri atau martabat pribadi ataupun keluarga.
Sementara, pacce bisa diartikan kecerdasan emosional untuk turut merasakan kepedihan atau kesusahan orang lain.
"Sehingga menurut saya, SYL adalah orang yang konsisten menegaskan dirinya sebagai manusia-Bugis Makassar. Harga diri atau dalam tradisi Bugis-Makassar, inilah yang dikenal dengan Siri'," ujarnya, Jumat, 6 Oktober 2023.
Baca Juga:Beredar Foto Ketua KPK dan SYL Bertemu, Firli Bahuri Diminta Berikan Klarifikasi
Tasrifin menilai pernyataan Syahrul yang mengaku siap menghadapi masalah ini, secara kultural sudah disebut Siri'. Karena Syahrul dianggap sadar hukum dan lebih mengutamakan harga dirinya.
"Siri' na Pacce ini pedoman hidup yang sakral. SYL mengaku siap menghadapi konsekuensi dan yang paling utama adalah melepas jabatannya. Itu bagian dari menjaga Siri' atau harga diri sebagai budaya dari masyarakat Bugis-Makassar," bebernya.
Menurut Tasrifin, konsep Siri' ini bagi masyarakat Bugis-Makassar tidak hanya dipatuhi dan dilaksanakan di kampungnya sendiri, tapi juga dimanapun mereka berada.
Apabila siri’ na Pacce tidak dipunyai seseorang, maka orang itu bisa dikatakan berperilaku seperti binatang. Mereka tidak punya rasa malu dan harga diri.
Siri' dalam bahasa Bugis dan Makassar berarti malu. Maknanya adalah menjunjung tinggi harga diri.
Sementara Pacce berarti iba, cepat luluh dan belas kasih. Bagi orang Bugis-Makassar, kata ini punya makna kokoh pada pendirian atau konsisten.
Siri’ na Pacce bagi masyarakat Bugis Makassar adalah filosofi hidup paling tinggi. Keduanya saling terjalin dalam hubungan kehidupan dan tidak dapat dipisahkan yang satu dari lainnya.
Kontributor : Lorensia Clara Tambing