Pada bulan Desember 1941, angkatan udara Jepang mulai menyerang Makassar. Kawasan pecinan, tempat warga Tiongkok dibom.
Nippon berhasil menguasai Kota Makassar sepenuhnya pada bulan Februari 1942. Sasaran utamanya adalah melumpuhkan perdagangan di kawasan pecinan.
Ribuan jiwa penduduk di pecinan melarikan diri, termasuk Mayor Thoeng dan keluarganya. Namun, ia tertangkap dan ditahan bersama empat anak laki-lakinya dan dua orang menantunya.
Sementara, tiga orang istrinya berhasil melarikan diri. Sejumlah sumber mengatakan para istri Thoeng terpisah-pisah dan bersembunyi di daerah Camba, Pangkep dan Malino.
Baca Juga:BREAKING NEWS: Mantan Finalis Indonesian Idol Jadi Korban Konser Fiktif di Makassar
Tentara Jepang sempat membujuk Thoeng agar mau bekerjasama mengkhianati Belanda dan meminta sejumlah uang. Tapi Thoeng menolak karena janji setianya kepada Ratu Wilhelmina.
Akhirnya, atas perintah Wakil Laksana Mori, mereka dibawa ke daerah Sungguminasa, Gowa untuk dieksekusi oleh Tokkeitai. Thoeng dan keluarganya lalu dikuburkan di Bolangi.
Di makam Thoeng terdapat prasasti penghargaan dari pemerintah Tiongkok, pemerintah Belanda dan juga merupakan anggota kehormatan dari Palang Merah. Namun, seiring berjalannya waktu, pihak keluarga memindahkan makam Thoeng ke jalan Irian, kota Makassar.
Kontributor : Lorensia Clara Tambing
Baca Juga:Prediksi PSS Sleman vs PSM Makassar di BRI Liga 1: Preview, Head to Head dan Live Streaming