Namun, saat memasuki perairan Luwu, kapalnya diterjang gelombang besar dan Pinisi jadi terbelah tiga. Kapal itu terdampar ke desa Ara, Tanah Lemo dan Bira.
Masyarakat tiga desa trbut kmudn merakit pecahan kapal trbut menjadi perahu ng kmudn dinamakan Pinisi. Orang Ara yang membuat badan kapal, d Tana Lemo kapal trbut kemudian dirakit dan perancang kapalnya adalah orang Bira.
Konon, nama Pinisi n diambil dr nama seseorang ng bernama Pinisi tu sendiri. Beberapa bagian dari kapal ini melambangkan beberapa hal. Seperti 2 layar depan melambangkan 2 kalimat syahadat, dan 7 buah layar lainnya melambangkan jumlah ayat dari surat Al-Fatihah.
Selain itu, dalam proses pembuatannya kapal pinisi juga memiliki beberapa makna simbolis. Seperti saat meletakkan lunas, bagian depan balok lunas adalah simbol lelaki. Sedang balok lunas bagian belakang adalah simbol wanita.
Baca Juga:Begini Filosofi Kue Barongko, Kuliner Khas Bugis Makassar yang Jadi Warisan Budaya Tak Benda
Saat pemotongan balok lunas, ujung lunas yang lepas harus langsung dibuang ke laut dan tak boleh menyentuh tanah. Ini adalah simbol suami yang siap melaut demi mencari nafkah.
Kontributor : Lorensia Clara Tambing