"Ada pemilih penyandang disabilitas (tuna daksa) protes ke kami, karena TPS di lantai II sekolah, mereka kan susah naik tangga. Sementara, kita di Makassar ini jarang dapat ruang terbuka untuk mendirikan TPS. Jadi yang paling penting memang aksesibilitas. Salah satu keberhasilan pemilu kan harus memenuhi aksesibilitas," ujarnya,
"Ada juga kasus tuna rungu (tuli) sudah lama datang ke TPS, sudah dipanggil berulang kali untuk mencoblos tapi karena dia tidak dengar jadi tidak masuk-masuk ke bilik. Jadi soal pendataan juga penting," lanjutnya.
Salah satu solusinya adalah membuat TPS khusus untuk memudahkan para penyandang disabilitas dalam proses pemungutan suara. Pihaknya juga akan menyediakan pendamping untuk membantu para difabel.
"Pendampingan itu sangat perlu terutama untuk mengisi formulir pernyataan C3 yang wajib. Sementara untuk sosialisasi, kami sudah lakukan beberapa kali," kata Misna.
Baca Juga:Pemilih Pemilu 2024 di Sumbar Didominasi Kaum Milenial
Menurut Misna, salah satu tolak ukur suksesnya pelaksanaan pemilu adalah pemilih dari penyandang disabilitas. KPU juga menerima dan melibatkan penyandang disabilitas sebagai badan adhoc penyelenggara Pemilu.
"Sudah ada dari mereka yang jadi anggota PPS atau pemantau," ujarnya.
Kontributor : Lorensia Clara Tambing