PT Vale Bina Penyandang Disabilitas Bisnis Ayam Kampung

Melalui program pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah

Muhammad Yunus
Rabu, 28 Desember 2022 | 05:36 WIB
PT Vale Bina Penyandang Disabilitas Bisnis Ayam Kampung
Sulaiman Roka, warga Luwu Timur mendapatkan program pembinaan usaha dari PT Vale [SuaraSulsel.id/Muhammad Yunus]

SuaraSulsel.id - Sulaiman Roka duduk di atas kursi roda. Warga Luwu Timur itu bingung mau menjalankan bisnis apa. Untuk membantu perekonomian keluarga.

Hobi Sulaiman memelihara ayam kampung. Tapi tidak ada pengalaman dan tidak punya modal besar untuk menjalankan bisnis budidaya ayam dalam jumlah besar.

Saat itu Tahun 2004. Sulaiman pun memberanikan diri memelihara beberapa ekor ayam. Namun kekecewaan hingga depresi dirasakan.

Sebab semua ayam kampung yang sudah siap panen mati mendadak.

Baca Juga:Tulus dan Tuli Berdaya

"Katanya wabah flu burung," ungkap Sulaeman kepada Suara.com, Sabtu 17 Desember 2022.

Dari puluhan ayam yang dipelihara secara tradisional, masih ada tersisa sekitar 2 ekor anak ayam.

Tidak mau terlalu lama kecewa, Sulaiman kembali mencoba membesarkan anak-anak ayam yang tersisa.

Satu tahun kemudian, wabah kembali menyerang. Semua ayam yang sudah tumbuh besar kembali mati.

"Akhirnya saya merasa mungkin tidak cocok saya usaha ayam. Meski saya punya hobi," katanya sedih.

Baca Juga:Raffi Ahmad Minta Rafathar Tos dengan Penyandang Disabilitas: Dark Jokes-nya Sesat

Wabah flu burung gelombang kedua yang dialami Sulaiman, tetap menyisakan beberapa anak ayam yang baru menetas. Semua induknya mati.

Tahun 2018, Sulaiman membuat kandang kecil. Untuk tetap menyalurkan hobinya memelihara ayam kampung.

"Kasian lihat anak ayam tidak ada tempat bernaung," ungkapnya.

Dari sekadar hobi memelihara ayam, tidak terasa jumlah ayam yang dipelihara berkembang sampai puluhan ekor.

Apes, tahun 2019 wabah flu burung kembali menyerang ketiga kalinya. Ayam kampung yang dipelihara tidak sakit. Langsung mati.

"Tanpa gejala," ungkap Sulaeman.

Sulaiman mengaku tidak mau putus asa. Meski tiga kali terkena serangan flu burung.

Dari 10 anak ayam yang tersisa, Sulaiman mencari cara di media sosial. Memelihara anak ayam kampung. Agar tetap sehat dan tidak terserang penyakit.

Meski sudah melakukan berbagai upaya, usaha Sulaiman tetap jalan di tempat. Tidak bisa berkembang. Selain minim modal usaha, fasilitas yang dimiliki juga sangat terbatas.

Ayam kampung dipelihara secara organik di Luwu Timur, Sulawesi Selatan [SuaraSulsel.id/Muhammad Yunus]
Ayam kampung dipelihara secara organik di Luwu Timur, Sulawesi Selatan [SuaraSulsel.id/Muhammad Yunus]

Bertemu PT Vale

Hobi Sulaiman ternyata dilirik oleh pemerintah desa. Sehingga Sulaiman ditawarkan untuk bekerja sama dengan PT Vale. Melalui program pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah atau UMKM.

Setelah proposal disetujui. Bersama Vale, Sulaiman diberi pendampingan teknik memelihara ayam kampung secara organik.

"Kami memelihara 500 ekor ayam. Sudah terjual sebagian. Sekarang tersisa 150. Alhamdulillah bersama PT Vale sangat bermanfaat," katanya.

Sulaiman yang merupakan penyandang disabilitas mengaku memilih budidaya ayam kampung karena senang. Harganya juga lebih mahal dibandingkan ayam ras dan ayam potong.

Setiap kilo ayam kampung dijual Rp60 ribu. Dengan usia 90 hari, ayam kampung organik yang dipelihara sudah bisa dipanen.

"Saya hanya pelihara ayam dan tekuni. Mudah-mudahan tidak ada virus lagi," harapnya.

Untuk mecegah penyakit pada ayam, Sulaiman diajari membuat jamu. Menggunakan bahan-bahan alami. Diberikan ke ayam agar terhindar dari penyakit.

Selain itu, jamu yang dibuat juga membuat rasa daging ayam organik tambah enak.

Sulaiman bersama 11 anggota kelompoknya juga membuat cairan disinfektan dari bahan alami. Disemprotkan ke kandang ayam.

Cairan disinfektan dari alam tidak hanya menjauhkan penyakit, kotoran ayam yang dikeluarkan juga tidak mengeluarkan bau menyengat.

"Sehingga tetangga tidak terganggu dengan bau kotoran ayam," ungkapnya.

Ardian Putra Senior Manager Social Development Program (SDP) PT Vale Indonesia Tbk mengatakan, program pengembangan UMKM PT Vale memiliki tiga fase. Fase penumbuhan, penguatan, dan pemandirian.

UMKM yang menjadi binaan PT Vale akan mendapatkan pendampingan rutin dari fasilitator. Mengikuti kegiatan penguatan kapasitas.

Difasilitasi legalitas usaha dan produk. Memperoleh konsultasi pengembangan usaha. Mendapatkan laporan pengembangan UMKM dan akses pemasaran.

"Semua dilakukan secara rutin setiap bulan," kata Ardian.

Saat ini PT Vale sedang membina 104 UMKM. Dimana 4 UMKM sudah mendapatkan omset Rp50 juta sampai Rp100 Juta per bulan. Sebanyak 8 UMKM mendapatkan omset Rp25 Juta sampai Rp49 juta per bulan. Selebihnya masih dibawah Rp25 juta per bulan.

Jenis usaha yang dilakukan UMKM binaan Vale beragam. Usaha kuliner, herbal, jasa, perdagangan, olahan komoditi, dan kerajinan.

Manfaat yang dirasakan masyarakat lewat pendampingan usaha tidak hanya ekonomi. Tapi membangkitkan semangat wirausaha di kalangan remaja.  Sehingga mengurangi pengangguran.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini