"Donat Kampar digemari karena beda dari donat yang lain. Enak dan murah," ujarnya.
Menurutnya, pelanggan kuenya masih dari Takalar, Gowa, dan Makassar. Saat ini ia memang masih menyasar pelanggan yang berasal dari kalangan menengah ke bawah.
Meski demikian, ia sudah bisa meraup omzet hingga puluhan juta per bulan. Terlebih saat hari raya dan hari besar keagamaan tiba, keuntungan meroket.
"Kalau menjelang sore atau akhir pekan, orang antre panjang di sini sampai di jalanan mau beli donat. Polisi sampai datang bilang, kenapa ini macet sekali," sebutnya dengan riang.
Baca Juga:Cuaca Buruk, Pesawat Lion Air Gagal Mendarat di Bandara Ambon dan Kembali ke Makassar
![Usaha donat Kampar Galesong, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan [SuaraSulsel.id/Lorensia Clara Tambing]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2022/07/11/29327-donat.jpg)
Bangun Usaha Tidak Selalu Mulus
Kendati demikian, ia mengaku perjalanan usahanya tidak selalu mulus. Ia harus menghadapi berbagai rintangan saat merintis usaha tersebut.
"Sampai kita dapat kritikan di media sosial, ada yang bilang mau makan donat saja harus antre berjam-jam, mending saya beli donat di mall," katanya.
Pada tahun 2021, Arifuddin memilih untuk keluar dari perusahaan tempatnya bekerja. Ia ingin fokus untuk bisnis Donat Kampar.
Apalagi saat itu musim pandemi Covid-19. 80 persen penjualannya anjlok. Begitu pun dengan bahan baku seperti minyak goreng yang sempat langka.
Baca Juga:Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo Sidak Stok dan Harga Pangan di Pasar Pabaeng-baeng Makassar
"Kami bahkan sempat ditipu karena minyak goreng," sebutnya.