SuaraSulsel.id - Dosen Fakultas Ilmu Budaya Unhas Supratman mengusulkan nama Institut Teknologi La Galigo, untuk kampus Fakultas Teknik Unhas di Kabupaten Gowa yang sementara diusulkan menjadi institut teknologi.
Sebelumnya beredar banyak usulan nama untuk kampus tersebut. Ada yang mengusulkan Institut Teknologi Makassar dan ada juga Institut Teknologi Gowa.
Supratman mengatakan, cara berpikir juga akan melahirkan ilmu dan teknologi yang ramah sosial, lingkungan dan spiritual. Seharusnya keilmuan yang ada di Sulawesi Selatan tidak lagi bergantung dan mendewa-dewakan keilmuan dan teknologi dari barat.
Kita tidak akan pernah maju sebagai bangsa yang betul-betul maju secara manusiawi, dan independen. Kalau keilmuan kita selamanya adalah keilmuan dengan paradigma barat.
Baca Juga:Destinasi Wisata Kebun Gowa, Tawarkan Aktivitas Wisata Asyik Bagi Keluarga
"Kita harus berani menggali dan mengembangkan khazanah keilmuan yang berbasis pada budaya dan peradaban kita sendiri," kata Supratman kepada SuaraSulsel.id, Minggu 13 Maret 2022
Supratman mengaku, ada banyak ilmuwan dunia yang menyebut bahwa peradaban Bugis Makassar adalah peradaban yang sudah tinggi dan maju.
Penemuan arkeologi beberapa bulan lalu di Sulawesi Selatan, bahwa manusia yang ada di bumi Sawerigading adalah manusia yang telah mencapai peradaban tinggi.
Oleh karena itu, dengan menyematkan nama Institut Teknologi La Galigo, menjadi sinyal untuk melahirkan sebuah revolusi ilmu pengetahuan dan teknologi di Sulawesi Selatan.
"Itu berarti kita siap dan berada pada jalan yang benar. Untuk mengusung sebuah peradaban yang unggul dan mencerahkan," kata Supratman.
Alasan lain memberi nama La Galigo, kata Supratman, warga Sulawesi Selatan harus meninggalkan cara berpikir kedaerahan atau suku. Tempat pendidikan harus dihindarkan dari spirit kedaerahan.
Sebaiknya menonjolkan nama, identitas, dan nilai-nilai universal yang berbasis pada tradisi dan kebudayaan yang ada di Sulawesi Selatan.
Dalam kisah La Galigo juga sebenarnya terdapat unsur teknologi yang kuat. Misalnya, Sawerigading melakukan perjalanan ke tanah China.
"Tentu saja ini menggunakan teknologi kapal atau perahu pinisi yang tentu saja teknologi itu sangat modern dan canggih. Karena dapat melintasi samudera yang luas," katanya.