Menyedihkan, Burung Endemik Kakatua Jambul Kuning di Sulawesi Tengah Tersisa 2 Ekor

Burung kakatua jambul kuning terancam punah

Muhammad Yunus
Kamis, 10 Februari 2022 | 06:15 WIB
Menyedihkan, Burung Endemik Kakatua Jambul Kuning di Sulawesi Tengah Tersisa 2 Ekor
Kakatua Jambul Kuning yang merupakan satwa dilindungi diamankan di Polda Jatim, Rabu (27/3/2019). [Suara.com/Achmad Ali]

SuaraSulsel.id - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Tengah (Sulteng) menyebutkan, burung kakatua jambul kuning terancam punah, populasinya kini tersisa dua ekor atau sepasang yang berada di Pulau Pasoso, Kecamatan Balaesang, Kabupaten Donggala.

“Tinggal satu pasang dan bisa dibilang kakatua jambul kuning terancam punah,” sebut Kepala BKSDA Sulawesi Tengah, Hasmuni, di Palu, Rabu 9 Februari 2022.

Hasmuni mengatakan, salah satu penyebab kepunahan satwa dilindungi ini yakni perdagangan ke luar daerah Sulawesi bahkan luar negeri.

“Ini burung endemik yang hidup di Sulawesi tetapi lebih banyak di Bali karena mungkin ada yang bawa kesana dan akhirnya populasinya meningkat,” kata Hasmuni.

Baca Juga:Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah Siap Penuhi Kebutuhan Pasir, Batu, dan Kerikil Pembangunan Ibu Kota Negara

Saat ini pemerintah melalui BKSDA Sulawesi Tengah telah menggandeng Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako untuk meningkatkan populasi burung kakatua jambul kuning.

“Kita sudah tandatangan MoU dan tinggal menyusun strategi penyelamatan populasi ini seperti apa,” terangnya.

Menurut Hasmuni, penyelamatan populasi burung kakatua jambul kuning menjadi tanggungjawab semua masyarakat. Selain menjaga alam konservasi, masyarakat diminta tidak memperdagangkan satwa dilindungi atau endemik khas Sulawesi yang hidup di hutan Sulawesi Tengah.

“Ini PR kita bersama, mari kita selamatkan endemik khas Sulawesi yang masih ada hingga saat ini,” jelasnya.

Selain menyelamatkan populasi burung kakatua jambul kuning, BKSDA juga berupaya meningkatkan populasi anoa dan babi rusa sebagai satwa langka dan dilindungi.

Baca Juga:Viral Dua Pria di Palu Tega Seret Anjing Hidup-hidup Naik Motor, Tuai Kecaman Publik

Hasmuni akui, kini jumlah anoa maupun babi rusa kian berkurang, bahkan kedua endemik Sulawesi ini sulit dijumpai di kawasan konservasi.

"Tak lain penyebabnya karena pemburuan," tuturnya.

kata Hasmuni, selain melakukan pengawasan di hutan kawasan konservasi, BKSDA dan pihak terkait juga melakukan sosialisasi kepada masyarakat yang tinggal di kawasan hutan.

"Kita minta kepada masyarakat supaya kita sama-sama menjaga satwa kita ini agar tidak punah," ucapnya.

"Hentikan pemburuan dan biarlah hewan endemik khas Sulawesi yang hidup di hutan kita bisa berkembang sehingga populasinya terus meningkat," demikian Hasmuni. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini