Saya mengaku akhirnya punya keberanian menceritakan hal ini kepada ibunya dua tahun lalu. Ia membaca artikel dan berita soal banyaknya penyintas pelecehan seksual yang berani untuk berbicara ke publik sehingga mengikutinya.
Sayang, ibunya langsung jatuh sakit setelah mendengar itu. Ia kemudian mengurungkan niatnya bahkan sempat berencana melaporkan kakak kandunganya ke polisi.
"Saya dilema. Tidak mudah untuk cerita ini ke orang tua, tapi jika dipendam terus saya bergetar setiap dengar berita pelecehan. Jadi itu alasan saya untuk tidak lanjut. Mama pernah mempertemukan saya dan Y bicara. Tapi kakak saya marah besar dan sampai saat ini tidak pernah lagi menghubungi keluarga".
Korban Kecanduan
Baca Juga:Jalan Terjal Mengungkap 'Kuasa' Predator Seks di Lingkungan Kampus
Parahnya, setelah kejadian itu Saya seperti kecanduan seks. Kejadian itu dialami saat ia memasuki dunia perguruan tinggi.
Ia sempat menjalin kasih dengan teman satu fakultasnya, di sebuah perguruan tinggi di Kota Makassar. Pergaulannya saat kuliah bisa dikatakan bebas.
Ia bahkan kerap berhubungan seks dengan kekasihnya. Namun setiap melakukannya, ia selalu teringat akan kejadian saat dilecehkan oleh saudaranya.
"Saya jatuh cinta dan kami mulai berhubungan seks. Alasannya suka sama suka, tapi saya merasa itu akibat pelecehan sejak kecil karena dilakukan berulang kali," ungkapnya.
Saya merasa kecanduan seks hingga tiga tahun. Beruntung ada konsultasi psikologi yang diadakan kampusnya secara gratis. Ia kemudian menceritakan kisahnya dan didampingi psikolog hingga kini.
Baca Juga:Marak Kasus Kekerasan Seksual, Dorongan Pengesahan RUU TPKS Terus Menggema
"Sampai sekarang Saya lebih banyak salat, sibuk bekerja dan melakukan aktivitas sosial termasuk di bidang lingkungan. Saya diminta untuk mencari kesibukan. Sehingga tidak mengingat hal yang bisa menimbulkan hasrat seks. Saya sakit soal psikis, mbak," ujarnya sambil menangis.