“Saat itu kita bertiga ada di rumah, saya, mama Yosepa dan keponakan saya yang baru 3 bulan ditempatkan guru di Kiwirok, kami lari ke Pos TNI menyelamatkan diri, karena sekolah sudah dibakar dan rumah yang kami tempati berada di kompleks sekolah juga ikut dibakar,” sambung Rospiani Purba.
![Sejumlah bangunan terbakar di Kiwirok, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua, Senin 13 September 2021 [KabarPapua.co / Dokumentasi Humas Polda Papua]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/09/14/21795-kkb-papua.jpg)
Rumah dan Kios Dijarah Sebelum Dibakar
Tak hanya Mama Yosepa, aksi KKB juga disaksikan guru Rospiani Purba. Saat itu, situasi sudah menjadi kacau. Seluruh kios dan rumah-rumah warga pendatang dijarah. Sedihnya, tidak hanya pria dewasa, ibu-ibu dan anak-anak ikut menjarah kemudian membakar rumah.
“Saat ini situasinya sangat mencekam dan ketakutan, kami lari ke Pos TNI hanya dengan baju di badan, tidak bisa berpikir apa-apa, hanya ketakutan yang ada,” tutur Rospiani sembari bercerita suaminya baru turun belanja kebutuhan kios ke Jayapura seminggu sebelum kejadian.
Baca Juga:Beredar Foto Nakes Gerald Sokoy Bersama KKB, Ini Kata Polisi dan TNI
Selama bertugas di Kiwirok, kata Guru Rospiani, situasi aman dan tidak pernah terjadi masalah sejak tahun 1999. Bahkan ia sampai membuka kios di kompleks SMP pada tahun 2018, karena situasi Kiwirok yang aman dan damai.
“Selama ini aman, tapi kali ini saya sangat shock, tidak pernah melihat kejadian seperti itu. Nyawa orang seperti tidak berharga dipukuli lalu ditendang ke jurang yang dalamnya sampai 500 meter,” ucap Rospiani sedih.
Guru Rospiani Purba Enggan Kembali ke Kiwirok
Guru Rospiani memastikan tidak akan kembali ke Kiwirok setelah melihat kekejaman KKB di wilayah tersebut. Bahkan, ia sangat bersyukur bisa berkumpul dengan keluarga di Jayapura.
“Terima kasih TNI yang telah menyelamatkan kami hingga bisa bertemu suami, anak dan saudara di Jayapura,” tutupnya.
Baca Juga:Dikabarkan Dibawa Gerombolan Teroris KKB Papua, Nasib Nakes Gerald Sokoy Belum Jelas
Tragedi Kiwirok masih menyisakan duka mendalam. Belasan tenaga kesehatan yang mengabdi di garda depan menjadi korban kekejaman KKB. Satu tenaga kesehatan meninggal akibat kekejaman kelompok bersenjata di wilayah tersebut.