SuaraSulsel.id - Aktivitas pertambangan yang dilakukan PT Riota dituding penyebab rusaknya makam yang disakralkan atau disucikan. Oleh warga Suku Tolaki di Desa Lambai, Kecamatan Lambai, Kabupaten Kolaka Utara.
Makam di area Tanjung Watulaki rusak. Sebagian nelayan juga kehilangan mata pencaharian karena rusaknya ekosistem laut.
Merespons kejadian tersebut ratusan massa dari Ormas Tamalaki Patowonua bersama nelayan berunjuk rasa di DPRD Kolaka Utara, Rabu 7 Juli 2021.
Mengutip telisik.id -- jaringan Suara.com, Ketua Tamalaki Patowonua, Mansiral Usman, menuntut Pemkab Kolaka Utara dan DPRD Kolaka Utara bertanggung jawab atas kerusakan makam leluhur warga.
Baca Juga:Kuncen Makam Keramat di Sesar Lembang Ngaku Sering Didatangi Pejabat
"Pemerintah daerah dan DPRD Kolut wajib memberikan penjelasan atas keluarnya surat rekomendasi pembangunan Jetty PT Riota di Tanjung Watulaki tanpa terlebih dahulu melakukan sosialisasi dan kajian akademik sementara mereka tahu jika di area tersebut ada, maka moyang kami yang bernama Wende'pa," kata Luis saat RDP, Rabu (7/7/2021).
Luis juga menuntut pihak perusahaan memberikan konvensasi uang debu dan konvensasi untuk sejumlah nelayan di Desa Lambai yang kehilangan mata pencaharian akibat terjadinya pencemaran lingkungan.
"Kami meminta Pemda dan DPRD Kolut mengeluarkan rekomendasi penghentian aktivitas pemuatan Ore PT Riota karena perairan Kecamatan Lambai termasuk area tangkap nelayan yang diharamkan untuk pembangunan tersus atau tuks," bebernya.
Selain itu, para demonstran juga menuntut agar pihak perusahaan meminta PT Riota bertanggung jawab mengembalikan keberadaan Tanjung Watulaki dan kuburan moyang Tolaki.
Faisal, salah satu tokoh masyarakat Kecamatan Lambai turut hadir dalam RDP juga menuntut pemerintah daerah dan perusahaan tambang memberikan solusi terkait minimnya masyarakat lokal yang dipekerjakan di lokasi tambang.
Baca Juga:Jejak Islam di Tangerang, Makam Keramat Solear hingga Mitos Monyet Liar
"Kalau kita mau membandingkan antara pekerja dari luar dan masyarakat lokal, itu hanya nol sekian persen. Sementara kita ketahui bahwa lokasi mereka menambang adalah wilayah masyarakat lokal, ini tidak adil," terangnya.
Menanggapi tuntutan massa, pemerintah daerah yang diwakili oleh Asisten III Sekertariat Daerah (Sekda) Kolut, Muh. Idris menyatakan, jika dirinya juga sedih melihat kondisi aktivitas pertambangan di Kolaka Utara yang selalu menimbulkan gejolak di tengah masyarakat.
"Saya juga sedih melihat kondisi tambang saat ini, kenapa bisa seperti ini. Kita memiliki sumber daya alam melimpah tapi dikeruk begitu saja tanpa ada sumbangsi terhadap daerah," jelas Asisten III.
Lebih lanjut, ia menyampaikan jika dirinya tidak mengetahui terkait pemberian surat rekomendasi terhadap pihak perusahaan.
Ia juga berjanji akan menyampaikan semua tuntutan yang disampaikan oleh Tamalaki dan masyarakat kepada Pemda terkait aktivitas pertambangan di Tanjung Watulaki.
"Saya tidak tahu terkait surat rekomendasi. Saya hadir dalam RDP ini hanya mewakili pak Sekda karena beliau sedang menghadiri kegiatan lomba desa tingkat provinsi di Desa Beringin," tukasnya.
RDP yang dipimpin Wakil Ketua II DPRD Kolut, Agusdin, S.Sos dan dihadiri beberapa fraksi di DPRD yakni Muh. Syair (PKB), Haedirman Sarira (PBB), Muh. Syafaat Nur, Basman, Sabri bin Mustamin (Demokrat), dan Abu Muslim (Golkar) bersepakat untuk meninjau langsung lokasi makam leluhur Tolaki yang terletak di Tanjung Watulaki.
"Jadi hari ini kita sepakat bahwa hari Jumat (9/7/2021) bersama 10 orang perwakilan Tamalaki, Dewan Adat Patowonua, LAT, dan instansi terkait akan meninjau langsung lokasi tempat aktivitas pertambangan yang dilakukan oleh PT Riota," tegas Agusdin.
Ketua DPC PDI-P ini juga berjanji kepada ormas Tamalaki akan menyelesaikan persoalan ini dan tidak mengambang.
"Percayalah. Kalau saya yang memimpin sidang pasti ada solusi dan persoalan ini pasti akan selesai. Saya tidak mau memimpin sidang kalau tidak ada solusi dan itu komintmen saya sejak dulu ketika memimpin sidang," pungkasnya.
Pada kesempatan yang sama, dewan Kolut lainnya, Haedirman Sarira, meminta agar pihak demonstran bersabar dan mau bekerjasama, karena kerjasama sangat penting untuk menindaklanjuti persoalan ini.
"Saya sebagai orang tua kalian meminta agar bersabar dan bekerja sama. Olehnya itu, agar persoalan ini betul-betul kelar maka kita harus memiliki data awal dan data itu hanya bisa kita peroleh ketika meninjau langsung lokasi tersebut," terangnya.