Dia berharap aspal Buton dapat digunakan secara maksimal, minimal untuk wilayah Sulawesi Tenggara dan tidak perlu lagi tergantung dengan impor aspal cair.
Realitasnya saat ini adalah Indonesia mengimpor 1,3 juta sampai 1,4 juta ton aspal per tahun yang menguras cadangan devisa negara Rp 40 sampai Rp 46 triliun.
Padahal kata Anton, seluruh kebutuhan itu dapat dipenuhi dalam negeri sendiri bila aspal Buton dimaksimalkan.
Lanjut Anton, Sekarang yang menggunakan aspal Buton ini yakni Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara, itupun terbatas. Padahal kualitas aspal Buton lebih bagus dibanding aspal cair.
Baca Juga:Rapat Kadin Kalimantan Barat Berujung Ricuh, Begini Cerita Lengkapnya
Hanya memang produksi aspal Buton ini masih perlu didorong, salah satunya melalui investasi.
"Tadinya saya ingin mengajak untuk membangun pabrik (aspal) di daerahnya masing-masing, tapi kalau KEK ini ada maka saya mengajak ayo investasi ke Buton bangun pabrikmu di situ, nanti hasil produksinya baru kirim ke daerah lain," ucap Anton.
Anton mengungkapkan selama ini nikel lebih populer dibanding aspal. Padahal nikel ada di berbagai daerah sementara aspal hanya ada di Buton.
Kata Anton, dalam penambangannya, nikel lebih mudah di awal sedangkan penambangan aspal hanya susah di awal, setelah itu lebih gampang dan lebih murah dari nikel.
Baca Juga:Arsjad Rasjid Minta Struktur Organisasi Kadin Diubah