Wah! Saluran Irigasi Ini Disebut Proyek Abadi Pejabat, Kok Bisa ?

Keberadaan bendungan dan saluran irigasi di Desa Campaloga, Kecamatan Tommo, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat dipertanyakan petani

Muhammad Yunus
Selasa, 23 Februari 2021 | 12:56 WIB
Wah! Saluran Irigasi Ini Disebut Proyek Abadi Pejabat, Kok Bisa ?
Saluran irigasi di Desa Campaloga, Kecamatan Tommo, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat / [pojokcelebes.com]

SuaraSulsel.id - Keberadaan bendungan dan saluran irigasi di Desa Campaloga, Kecamatan Tommo, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat dipertanyakan petani.

Proyek pemerintah pusat itu diketahui sudah dibangun sejak tahun 2008. Masyarakat bahkan menyebutnya sebagai proyek abadi. Karena setiap tahun diberi anggaran. Namun hingga tahun 2021 saluran irigasi tersebut belum memberi manfaat.

Hasil penelusuran pojokcelebes.com -- jaringan suara.com, sejumlah bangunan irigasi yang melintang di sisi persawahan petani, terlihat kering. Dipenuhi rumput. Bahkan dinding irigasi sudah mulai retak dan runtuh. Terlihat adanya genangan air hujan.

Dikerjakan sejak tahun 2008, proyek irigasi disebut telah menelan anggaran triliunan rupiah. Namun tidak memberikan dampak positif ke petani.

Baca Juga:Raden Febrytriyanto Kajati Sulsel yang Baru, Gantikan Firdaus Dewilmar

Ketua KTNA Kecamatan Tommo Bahrum mengatakan, keberadaan proyek Bendungan Tommo tidak memberikan manfaat ke petani. Dalam jangka lima tahun kedepan bendungan dan irigasi tersebut juga tidak akan difungsikan warga. Karena petani akan mengalihfungsikan areal persawahannya ke menjadi lahan kelapa sawit.

“Jangka lima tahun kedepan kalau bendungan ini tidak difungsikan juga, petani akan mengalihfungsikan lahan mereka ke tanaman kelapa sawit karena lebih menjanjikan, walaupun petani sudah ada tanda tangan diatas materai terkait tidak dibolehkan alihfungsikan lahan ke pertanaman kelapa sawit,” ungkapnya.

Bahrun menceritakan persawahan Tommo, dulu sebelum ada pembangunan bendungan dan irigasi, masih mengandalkan tadah hujan.

Tommo, pernah menjadi lumbung padi bahkan dalam satu hektare sawah bisa menghasilkan 7 ton padi. Berbeda saat ini, sekarang petani hanya bisa dapatkan hasil panen maksimal satu ton.

“Petani Tommo itu pernah dapat sampai 7 ton sebelum ada bendungan irigasi. Petani menyangka setelah adanya pembangunan bendungan irigasi, petani akan surplus beras. Namun kenyataannya berbanding terbalik. Dan betapa ruginya bendungan dan irigasi yang tiap tahun dianggarkan pemerintah tapi tidak juga dirasakan manfaatnya oleh petani,“ kesalnya.

Baca Juga:Warga Sulsel Diminta Waspada Banjir

Ridwan Kepala Desa Campaloga mengatakan, proyek pembangunan infrastruktur bendungan dan irigasi yang ada di Desa Campaloga, yang menelan anggaran triliunan, menjadi pertanyaan bagi aparat desa.

Dia menyebutkan, proyek ini adalah proyek abadi bagi pemangku kepentingan karena tiap tahun dianggarkan pembangunannya. Jika proyek ini lagi mau dikerja, kontraktor hanya mengirimkan surat pemberitahuan ke Pemdes Campaloga.

“Pembangunan saluran irigasi persawahan ini, hanya dijadikan proyek abadi karena tiap tahun dianggarkan. Dan di saat ada kontraktor masuk kerja, kami cuman dikirimkan surat pemberitahuan saja, di saat ada masalah baru mau ke kantor desa,“ keluhnya.

Ridwan berharap ada aparat hukum yang bisa memeriksa proyek ini dan bisa turun langsung ke lapangan melihat kondisi Bendungan Campaloga. Kata dia, jangan hanya anggaran proyek desa dibidik, tetapi anggaran triliunan rupiah diabaikan.

“Kami sangat menyayangkan dengan adanya bangunan tersebut yang belum difungsikan. Seandainya dana Dana Desa seperti ini, mungkin kami sudah di kejar – kejar APH yang nilainya cuman ratusan juta di banding proyek irigasi yang miliaran, bahkan mungkin sudah mencapai triliunan,” pungkas Ridwan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini