Kembalikan Kejayaan Jeruk Keprok Selayar, Pemerintah Siapkan Formula Ini

Jeruk keprok ini merupakan jeruk keprok pertama yang didaftarkan sebagai varietas unggul di Indonesia

Muhammad Yunus
Kamis, 08 Oktober 2020 | 09:18 WIB
Kembalikan Kejayaan Jeruk Keprok Selayar, Pemerintah Siapkan Formula Ini
Pembibitan jeruk keprok di Kabupaten Selayar

"Provinsi punya lahan, di sini akan kita bangun Litbang, kita akan bangun sekolah petani, khusus memberikan keterampilan ke petani dalam rangka perawatan jeruk, pemupukan, dan info teknologi," jelasnya.

Setelah melakukan peninjauan, gubernur menemukan permasalahan yang perlu dibenahi. Yakni hama, air, dan bibit.

Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Sulsel, Andi Ardin Tjatjo, menjelaskan, jeruk keprok Selayar dikenal juga dengan nama Munte Cina merupakan unggulan Kepulauan Selayar yang sudah cukup lama dibudidayakan, yaitu sejak Tahun 1925.

Tanaman jeruk keprok Selayar mengalami kejayaan Tahun 1970-an. Saat itu, produksi sangat melimpah dengan harga yang kompetitif.

Baca Juga:Suami Terjang Banjir Jakarta Demi Istri Mau Lahiran, Polisi Ikut Tolong

Banyak petani di Kepulaun Selayar yang menghidupi keluarganya, menyekolahkan anak-anaknya dari tanaman jeruk.

Namun sangat disayangkan, kejayaan jeruk keprok Selayar pada saat ini sudah mulai hilang dengan terjadinya penurunan luas pertanaman, produksi dan produktivitas.

Penyebabnya adalah sistem budidaya tanaman yang masih belum menerapkan tenologi tepat guna. Seperti penggunaan bibit yang sehat, pemupukan, pengairan dan pengendalian.

Kesuburan dan kesehatan tanah yang semakin menurun. Demikian juga adanya serangan hama penyakit seperti diplodia dan phytophthora.

Serta merosotnya nilai ekonomi buah jeruk karena rendahnya kualitas dan kuantitas buah jeruk. Penanganan pasca panen dan pengolahan hasil belum maksimal.

Baca Juga:Bupati Basli Ali Minta Pemerintah Pusat Kembangkan Wisata di Selayar

Populasi tanaman jeruk keprok per hektare sekitar 250-300 pohon. Namun, kondisi saat ini baru bisa memproduksi 68 kuintal per hektare, jauh dari produksi optimal sekitar 200 kuintal per hektare.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini