Di Jakarta inilah Zainal kembali bertrmu dan akrab dengan kawan-kawan lama: saya, Aidir Amin Daud, Supriansa, Buyung Wijayakusuma, Ronny de Fretes, dan lain-lain.
Hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun berlalu. Hampir tiada hari tanpa bertemu atau berkabar dengannya. Apalagi satu dua tahun terakhir, ketika kami menjalani kegiatan di kantor yang sama: TawafTV yang kami dirikan bersama Buyung Wijayakusuma. Kami bertiga menjadi direktur di stasiun televisi berita Islam itu.
Kami bertemu dan berpetualang bersama. Perjalanan ke berbagai negara, dari Korea Selatan, Singapura, Afrika Selatan, Azerbaijan, Georgia, Qatar, Oman, juga dua kali menunaikan ibadah umrah bersama. Di Jakarta, kami kerap ke pulau, dan melihat ketangkasan Zainal berenang. Ia seorang perenang alam yang kuat. Ia senang berenang di laut. Ia sering berenang di pantai pulau-pulau Kepulauan Seribu.
Tidak hanya dengan Zainal, saya juga akrab dengan keluarganya, dengan anak-anaknya. Dari keakraban itu saya tahu: Zainal begitu berbakti kepada sang Ibu, sangat memuja istrinya, dan menancapkan tekad yang begitu kukuh untuk kecemerlangan masa depan empat orang putranya. Anak sulungnya ia sekolahkan di Jerman, anak keduanya sempat mengenyam pendidikan di Selandia Baru dan Amerika Serikat, anak ketiga di Universitas Multimedia Nusantara, dan anak bungsunya di satu sekolah internasional di Jakarta.
Baca Juga:Rizieq, FPI, GNPF, PA 212 Ingatkan Jokowi Jangan Sampai Jadi Pilkada Maut
Untuk masa depan anak-anaknya ini, Zainal Tahir benar-benar total mendarmakan waktu dan hidupnya. "Buat apa saya kerja keras kalau bukan untuk sekolah anak-anakku?" kata Zainal dengan nada bertanya, suatu hari, ketika saya meledeknya, kenapa terlalu serius memgurus sesuatu.
Belakangan, di sela-sela waktunya, Zainal menggeluti hobi baru: media sosial. Terutama YouTube. Ia rajin mengambil gambar video, mengedit dan mengunggahnya di sebuah kanal di YouTube. Dan sayalah yang mengusulkan nama kanalnya itu: Zette. Saya bilang, nama Zette keren. Terdengar seperti Zorro, Sara, IKEA, dan merek-merek dunia. Padahal Zette diambil dari pengucapan inisial namanya, ZT, Zainal Tahir.
Ia rajin mengunggah video, dari kehidupan keluarganya, perjalanannya, perjalanan kami, ceramah agama, dll.
Saya tak pernah mengira, video-video yang diunggahnya akan secepat itu jadi dokumentasi kenangan yang akan dirindukan oleh saya, oleh anak-anaknya, oleh keluarganya, oleh kawan-kawan semua.
Begitulah. Saya bertemu dengannya terakhir kali, Senin 14 September lalu di Jalan Jenggala. Kami duduk berseberangan meja, makan siang, juga sholat ashar bersama. Zainal menjadi imam, dan saya bersama Boy jadi makmumnya. Dua hari lalu, kami masih berbicara lewat panggilan video, dari rumah sakit tempat ia dirawat.
Baca Juga:Masker Kain SNI Cegah Penularan Covid-19, Ini Syaratnya
Lalu, tengah malam tadi, kabar duka itu datang. Innalillahi wa inna ilaihi rajiun.