Jangan Jadi Dosen yang Dibenci Mahasiswa, Begini Tips Kakak Gego

Gambaran orang, dosen itu membosankan. Jika diajak ngobrol, topiknya tidak jauh dari filsafat, topik risetnya, teori-teori yang rumit.

Muhammad Yunus
Senin, 14 September 2020 | 10:37 WIB
Jangan Jadi Dosen yang Dibenci Mahasiswa, Begini Tips Kakak Gego
Muhammad Ashry Sallatu alias Kakak Gego membuat grup musik The Lectors bersama sejumlah dosen. Tampil di acara Dies Natalies Unhas ke 64 Tahun, Kamis (10/9/2020) / Foto : Istimewa

SuaraSulsel.id - "Jika dalam satu acara atau pesta, ada yang berkenalan dengan anda. Dan anda memperkenalkan diri sebagai seorang dosen, maka orang itu akan terlihat gelisah dan ingin cepat-cepat pergi," kata Sir Ken.

Kenapa? karena gambaran orang, bahwa dosen itu membosankan. Jika diajak ngobrol, topiknya tidak jauh dari filsafat, topik risetnya, teori-teori yang rumit dan kita akan bosan mendengar kuliahnya.

Jadi, mending jauh-jauh. jika semua orang berusaha menjauh lalu, dosen mau mengajar siapa?

Apakah dosen harus selalu memegang teguh, bahwa masalah selesai dengan satu kata: Harus?
Dosen harus mengajar dan mahasiswa harus belajar, selesai masalah. Cukup kah dengan kata Harus?

Baca Juga:Keren! Peneliti IPB University Ciptakan Baju Anti Peluru dari Limbah Sawit

Demikian kegelisahan yang disampaikan Dosen Hubungan Internasional Universitas Hasanuddin Muhammad Ashry Sallatu kepada suarasulsel.id, Senin (14/9/2020).

Dosen muda yang biasa disapa Kakak Gego ini menerapkan sistem belajar yang beda di dalam kelas. Begitupula cara berkomunikasinya di luar kelas.

Gego mengatakan, sebagai pendidik, dirinya harus mengubah pola pikir atau mental. Dosen harus memiliki mental kreatif, inovatif, dan menyenangkan.

"Ada human touch dengan muridnya," kata Gego.

Bagaimana Kakak Gego melihat ekosistem pembelajaran saat ini ?

Baca Juga:Bikin Geger, Profesor Tulis Covid-19 sebagai Flu Wuhan

Rasanya kalo kita tanya apakah ada pembelajaran terjadi di dalam kelas, kita akan jawab "iya ada". Tapi kebanyakan jawaban ini hasil dari pengamatan saja.

Artinya kita melihat secara fisik bahwa ada dosen mengajar dan ada mahasiswa belajar di ruang kelas yang sama.

Tapi apakah benar-benar terjadi pembelajaran? belum tentu. Bisa saja mahasiswa dan dosen hadir secara fisik. Tapi secara jiwa tidak ada. Mereka hanya ada di situ karena harus.

Jadi dengan demikian, bisa dibilang proses belajar sesungguhnya tidak terjadi.

Bagaimana dosen menyikapinya? Khususnya di zaman digital

Zaman digital sekarang, dimana pertemuan fisik menjadi minim, maka dosen harusnya bisa lebih kreatif. Memfungsikan imajinasi yang mungkin selama ini tidak terlalu difungsikan.

Karena ruang interaksi kita menjadi terbatas, yaitu audio dan visual saja. Oleh karena itu, senjata kita untuk sedikit membesarkan ruang kita adalah dengan imajinasi.

Hal penting lainnya lagi adalah, dengan keterbatasan ruang ini, interaksi virtual menjadi lebih melelahkan.

Oleh karena itu, penting untuk dibuat menjadi lebih menyenangkan. Caranya yah, interaksi kita dengan orang lain (terutama mahasiswa) dibuat menjadi lebih cair. Dalam arti lebih akrab, dosen menjadi lebih friendly.

Karena sebenarnya relasi yang cair dengan mahasiswa ini yang membuat kelas bukan hanya sekedar keharusan saja. Tapi juga menjadi ruang yang menyenangkan, yang akhirnya membuat dosen dan mahasiswa bisa antusias dan sepenuh hati hadir.

Ditambah lagi pandemi yang mengharuskan dosen dan mahasiswa dipaksa beradaptasi.

iya semua harus beradaptasi, dosen dan mahasiswa, tenaga kependidikan juga harus beradaptasi. Jika tidak, maka akan menghambat upaya sampai pada capaian pembelajaran.

Bagaimana sebaiknya hubungan dosen dan mahasiswa dijalin? Agar target dunia pendidikan tercapai ?

Saya rasa sekarang anak-anak sudah diberikan banyak opsi. Opsi ruang belajar, opsi teman belajar, opsi sumber belajar dan seterusnya.

Dengan tersedia banyak opsi seperti ini, mereka akan otomatis mengikuti naluriahnya sebagai manusia, mencari yang lebih membuat mereka senang.

Belajar jika tidak dibuat menyenangkan, maka anak akan memperhadapkannya dengan pilihan main game misalnya.

Nah, dosen pun begitu, kalo menjadi pribadi yang tidak menyenangkan, maka jangan marah jika mahasiswa meninggalkan anda. Jika mahasiswa pergi, lantas anda mau mengajar siapa?

Nah saya percaya bahwa relasi yang lebih cair dengan mahasiswa di luar ruang kelas itu akan berpengaruh pada proses pembelajaran.

Dimana pengaruhnya? Minimal mahasiswa akan bersemangat ikut pembelajaran dosen yang dianggapnya bisa membuat mereka tidak bosan. Tapi tentu bisa menambah pengetahuan mereka.

Jangan membayangkan bisa memberi mereka pengetahuan kalo mereka sendiri tidak ingin berada dekat anda.

Kakak Gego meski dosen, tetap aktif bermain musik. Bahkan tidak sungkan tampil di depan mahasiswa?

Musik atau jenis kesenian dan aktivitas hobi lainnya itu sangat bagus untuk membantu mewujudkan relasi yang cair dengan mahasiswa.

Satu komunitas misalnya, pendukung PSM Makassar, akhirnya janjian nonton bareng di stadion dengan mahasiswa itu juga bisa.

Bermusik, dan main bola itu penting. Jadi dia lebih dari sekedar hobi. Tapi menjadi ruang-ruang interaksi juga dengan orang lain. Dalam nuansa interaksi yang lebih setara dan terbuka.

Saya pernah sepanggung dengan mahasiswa saya, audiensnya pun mahasiswa, tidak masalah. Dalam pandangan saya, mereka adalah teman bermusik saya, yang nonton adalah penikmat musik. Kami sama, setara.

Tentu ada soal etika, atau ada batasan dalam membangun relasi dengan mahasiswa kita. Saya selalu bilang bahwa "i'm being friendly, but no necesaririly being your friend".

Kesimpulan saya, menjadi dosen yang friendly itu harusnya menjadi salah satu aspek dalam profesionalisme sebagai dosen.

Apa pesan yang ingin kakak gego sampaikan ke mahasiswa ?

Pesan saya ke mahasiswa, semangat belajar. Ruang memang terbatas, senjata kita adalah imajinasi dan kreatifitas. Karena hanya dua itu yang membuat kita tidak terbatas.


Boleh tahu nama Band Kakak Gego yang tampil saat Dies Natalis Unhas ?

Saya dan dua orang dosen Unhas membentuk grup musik The Lectors. Karena hobi. Tapi kemudian kami merasa bahwa The Lectors ini tidak bisa hanya sekedar penyaluran hobi. Dia harus memberikan warna pada dunia kampus.

Kampus yang identik dengan suasana serius, tegang jika belajar, aspek kognitif harus selalu lebih dibanding yang lain, otak kiri lebih aktif dibanding otak kanan, sebenarnya bisa tidak begitu.

Kampus adalah tempat dimana rasa ingin tahu dibesarkan, pencarian kebenaran dilakukan dalam suasana yang lebih cair, lebih membahagiakan.

Bagaimana cara supaya mahasiswa merasa nyaman ? Apa ada teknik khusus yang Kakak Gego terapkan ?

Iye, perasaan nyaman, tenang, dan aman untuk salah itu penting sekali dalam proses pembelajaran.

Mahasiswa itu kan kadang takut bicara, berpendapat atau bertanya karena merasa tidak nyaman atau aman dari penilaian dosen atau teman-temaan kelasnya.

Takut dibilangi bodoh lah, dibilang salah dan seterusnya. Nah kalo mereka nyaman, maka mereka akan aktif.

Selain nyaman, yang juga penting adalah membuat suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan.

Dengan suasana menyenangkan, mereka akan merasa nyamana, aman. Karena mereka berada dalam kondisi psikologi yang positif, terbuka.

Semua orang kan senang dengan suasana gembira, itu alamiah, akhirnya peserta belajar akan melibatkan diri dalam aktivitas apapun dalam kelas itu.

Nah, disini titik krusialnya adalah bagaimana kita memulai kelas. Baiknya kita mulai kelas dengan sebuah aktivitas yang menyenangkan.

Aktifitas kreatif yang membuat mahasiswa terhibur. Banyak kegiatan misalnya menyapa, saling mengungkapkan suasana hati. Kemudian teman lain memberikan dukungan.

Menonton video singkat yang lucu dan seterusnya. Saya percaya bahwa kesan pertama begitu menggoda, selanjutnya terserah anda.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini