- Kisah terekam dalam catatan sejarawan Prancis Bernard Dorleans dalam bukunya Orang Indonesia dan Orang Prancis
- Sekelompok orang Makassar yang dipimpin oleh Daeng Mangalle
- Daeng Mangalle meninggalkan tanah air dan mencari tempat bermukim baru
Selama beberapa tahun, mereka hidup damai di bawah perlindungan kerajaan Siam.
Namun, hubungan itu memburuk setelah muncul konflik antara Daeng Mangalle dan Konstantin Fhaulkon, penasihat Raja Narai asal Yunani yang memiliki pengaruh besar di istana.
Perselisihan ini berkembang menjadi perlawanan terbuka pada tahun 1686, dan dikenal sebagai Pemberontakan Makassar di Siam.
Koalisi pemberontak terdiri dari orang-orang Makassar, Melayu, Champa, Persia, dan sejumlah bangsawan lokal yang tak sejalan dengan istana.
Mereka menolak tunduk kepada kekuasaan asing dan khawatir akan diperbudak oleh kerajaan yang semakin kuat setelah mendapat bantuan pasukan Eropa.
Raja Narai kemudian memerintahkan Forbin untuk memadamkan perlawanan tersebut. Pertempuran sengit pun terjadi antara pasukan kerajaan dan komunitas Makassar yang jumlahnya jauh lebih sedikit.
Dalam catatan Forbin, pasukan Makassar berjuang dengan keberanian luar biasa. Dalam satu pertempuran, enam orang Makassar mampu menewaskan lebih dari 300 serdadu Prancis dan Portugis.
Namun, keberanian itu tak mampu menandingi kekuatan ribuan tentara kerajaan.
Pada 23 September 1686, pasukan Siam melancarkan serangan besar-besaran ke perkampungan Makassar. Pertempuran berlangsung sengit hingga akhirnya kelompok Daeng Mangalle kalah.
Baca Juga: 387 Eks Penderita Kusta Makassar Terima Bantuan Pemprov Sulsel
Daeng Mangalle sendiri tewas setelah bertarung hingga akhir. Ia mampu menewaskan seorang menteri kerajaan dan beberapa tentara Inggris sebelum akhirnya gugur dengan lima luka tusukan.
Meskipun kalah, keberanian mereka meninggalkan kesan mendalam bagi penduduk Siam.
Catatan sejarah lokal menyebutkan bahwa hanya dengan 250 orang, pasukan Makassar mampu menewaskan sekitar 1.000 tentara Siam dan 17 warga asing.
Sebagai bentuk penghormatan, wilayah tempat mereka bermukim kemudian dinamai Makkasan, diambil dari nama asal mereka: Makassar.
Hingga kini, nama itu tetap melekat dan menjadi salah satu kawasan penting di Bangkok. Dari sinilah sebenarnya koneksi Makassar di Indonesia dengan Makkasan di Thailand terjadi.
Kontributor : Lorensia Clara Tambing
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Motor Bekas di Bawah 10 Juta Buat Anak Sekolah: Pilih yang Irit atau Keren?
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Harga 50 Jutaan, Angkutan Keluarga yang Nyaman dan Efisien
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
- 10 Mobil Bekas Rp75 Jutaan yang Serba Bisa untuk Harian, Kerja, dan Perjalanan Jauh
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
Begini Cara FEB Unhas Dorong Pelaku UMKM Maros Lebih Adaptif dan Tahan Banting
-
5 Ide Liburan Keluarga Anti Bosan Dekat Makassar Sambut Akhir Tahun
-
WNA Asal Filipina Menyamar Sebagai Warga Negara Indonesia di Palu
-
Pelindo Regional 4 Siap Hadapi Lonjakan Arus Penumpang, Kapal, dan Barang
-
Hutan Lindung Tombolopao Gowa Gundul Diduga Akibat Ilegal Logging