Muhammad Yunus
Selasa, 07 Oktober 2025 | 12:22 WIB
Rangga, Pelajar di SD Inpres Borongbulo, Kecamatan Bontolempangan, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan memperlihatkan singkong bakar sebagai bekalnya di sekolah. Kisahnya viral di media sosial [Suara.com/Istimewa]
Baca 10 detik
  • Singkong rebus dibungkus rapat menggunakan plastik putih jadi bekal
  • Rangga tinggal bersama kakeknya di rumah panggung yang mulai lapuk
  • Pihak sekolah berharap suatu hari dapur bergizi juga berdiri di pelosok desa

SuaraSulsel.id - Di tengah riuhnya program makan bergizi gratis yang dibagikan pemerintah. Rangga tetap berangkat sekolah dengan bekal dua potong singkong bakar di tangannya.

Kisah bocah SD Inpres Borongbulo, Kecamatan Bontolempangan, Kabupaten Gowa itu viral di media sosial.

Dalam video yang direkam gurunya, ia duduk di depan sekolah sambil membuka bekalnya dengan hati-hati.

Wajahnya polos, tapi matanya berbinar saat memperlihatkan bekalnya. Ada dua singkong rebus yang dibungkus rapat menggunakan plastik putih.

Sekolah tempat Rangga belajar berdiri di daerah wilayah pelosok. Untuk sampai ke sana, jalan yang ditempuh bukanlah aspal mulus, melainkan tanah merah yang berubah jadi lumpur saat hujan datang.

Tak jarang kendaraan roda dua bahkan tak bisa lewat. Kondisi ini kadang memaksa anak-anak berjalan kaki beberapa kilometer setiap pagi.

Rangga tinggal bersama kakeknya di rumah panggung yang mulai lapuk. Sang kakek bekerja serabutan. Kadang ke kebun, kadang menjual nanas atau singkong.

"Kalau nanasnya laku, baru bisa kasih uang dua ribu buat Rangga. Kalau tidak, dia cuma bawa ubi bakar saja," ucap Daeng Tompo, salah seorang relawan yang menemui Rangga, Senin 6 Oktober 2025.

Sejak ibunya meninggal saat masih bayi, Rangga tak lagi mengenal kasih sayang seorang ibu. Ayahnya merantau dan jarang pulang.

Baca Juga: Cinta Segitiga Anti Mainstream: Pria Ini Nikahi Cinta Pertama & Pilihan Keluarga dalam Waktu 48 Jam

Rangga, Pelajar di SD Inpres Borongbulo, Kecamatan Bontolempangan, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan berdiri depan rumah panggung bersama kakeknya. Kisah Rangga viral di media sosial [Suara.com/Istimewa]

"Dari cerita kakeknya kadang ayahnya hanya kirim lima puluh ribu untuk anaknya tapi tidak rutin," ucapnya.

Dalam kesehariannya yang sederhana, Rangga belajar untuk tidak mengeluh. Baginya, ubi bakar dari tangan kakeknya sudah cukup.

Setidaknya perutnya tak kosong saat belajar membaca dan berhitung di sekolah.

Guru-gurunya di SD Inpres Borongbulo sering kali menahan haru melihat ketekunan Rangga.

Salah seorang guru, Rusniati mengatakan, Rangga anak yang rajin. Dia juga cukup pintar untuk anak seusianya.

Para guru tahu di balik senyum anak itu tersimpan perjuangan kecil yang besar artinya.

Load More