- Ayah kandung di Makassar hamili putrinya yang berusia 15 tahun setelah diperkosa sejak umur 7.
- Polisi juga ungkap kasus guru perkosa murid 12 tahun dan ayah tiri hamili anak hingga melahirkan.
- Pakar sebut pelaku manfaatkan relasi kuasa dan minimnya pendidikan seks jadi akar masalah.
"Kasus ini termasuk pemerkosaan karena ada unsur pemaksaan, ancaman, dan kekerasan fisik terhadap korban," jelas Arya. "Kami bakal kejar. Insya Allah segera tertangkap."
Predator lainnya datang dari lingkungan pendidikan. Seorang guru berinisial IP ditangkap setelah memperkosa muridnya yang baru berusia 12 tahun.
Modusnya, menawarkan les tambahan sebagai kedok untuk memulai aksi bejatnya.
"Jadi awalnya pelaku menawarkan les tambahan kepada korban. Di situlah mulai terjadi perbuatan cabul seperti meraba bagian sensitif tubuh anak," ungkap Arya.
Perilaku itu berlanjut ke persetubuhan yang dilakukan hingga tujuh kali.
Kasus ini terungkap setelah orang tua melihat perubahan drastis pada sikap anaknya yang menjadi murung dan ketakutan.
Hasil visum mengonfirmasi adanya luka robek di bagian vital korban.
Para pelaku dijerat pasal berlapis, termasuk UU Perlindungan Anak dan UU TPKS, dengan ancaman hukuman maksimal 15 tahun penjara.
"Serta penambahan sepertiga hukuman karena pelaku adalah orang tua dan tenaga pendidik," tegas Arya.
Baca Juga: Guru SD Perkosa Siswi Berulang Kali Ditetapkan Tersangka
Mengapa Terus Terjadi?
Psikolog Anak di Makassar, Nurul, menjelaskan bahwa kekerasan seksual pada anak sulit terdeteksi karena pelaku adalah orang terdekat yang memanfaatkan hubungan emosional untuk membungkam korban.
"Banyak anak yang dipaksa diam lewat ancaman, malu atau manipulasi kasih sayang," katanya, Sabtu, 4 Oktober 2025.
Menurut data DP3A Sulsel, dari 1.484 kasus kekerasan di tahun 2024, 981 kasus menimpa anak-anak, dengan korban terbanyak justru di kelompok usia 0-5 tahun.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Anak Pemprov Sulsel, Andi Mirna, menyebut fenomena ini sebagai krisis empati dan moral. Ia menekankan pentingnya peran keluarga sebagai benteng pertama.
"Orang tua harus belajar menjadi pendengar yang aman bagi anak. Jangan marah ketika anak bercerita. Karena begitu anak merasa takut, mereka akan memilih diam dan di situlah kekerasan akan berulang," ungkapnya.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Jemput Weekend Seru di Bogor! 4 Destinasi Wisata dan Kuliner Hits yang Wajib Dicoba Gen Z
- DANA Kaget Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cair Rp 255 Ribu
Pilihan
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
Terkini
-
Benteng Terakhir Runtuh: Saat Ayah Kandung dan Guru Jadi Predator Paling Keji di Makassar
-
Maluku Lakukan Operasi Bypass Jantung Pertama Sejak RI Merdeka
-
Ketua PKK Sulsel Beri Hadiah Rp300 Juta di Jambore PKK 2025
-
Berapa Bulan Gaji Pemain PSM Makassar Belum Dibayar? Ini Pengakuan Manajemen
-
3 Tersangka Perumda Palu Dijebloskan ke Penjara!