Muhammad Yunus
Minggu, 28 September 2025 | 13:05 WIB
Dapur MBG di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, menggunakan bangunan bekas usaha sarang burung walet [Suara.com/Istimewa]
Baca 10 detik
  • Lubang bekas sarang burung walet ditutupi terpal biru oleh Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi
  • Bangunan bekas sarang walet bisa lolos verifikasi untuk dijadikan dapur MBG
  • Dapur ini ditargetkan menyiapkan makanan bergizi bagi ribuan siswa

SuaraSulsel.id - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas pemerintah pusat disebut punya tujuan mulia. Pemerintah memastikan anak-anak sekolah mendapat asupan gizi seimbang setiap hari.

Namun, di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, pelaksanaan program ini justru menimbulkan polemik. Salah satu dapur MBG di Kecamatan Suli diketahui menempati bangunan bekas sarang burung walet.

Bangunan tersebut berdiri di Jalan Poros Kota Makassar-Palopo. Bagian depannya kini ditutupi terpal biru untuk menutupi lubang sarang oleh Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG).

Meski demikian, sejumlah orang tua siswa mengaku resah dengan higienitas makanan yang kelak diproduksi dari tempat itu. Bangunan tersebut masih sering disinggahi burung walet.

"Masih terdengar suara pemanggil walet kalau sore. Kami orang tua khawatir soal kebersihan makanannya," kata salah seorang warga yang meminta identitasnya dirahasiakan, Sabtu, 27 September 2025.

Ia heran bagaimana bangunan bekas sarang walet bisa lolos verifikasi untuk dijadikan dapur MBG terlebih tanpa renovasi menyeluruh.

Menurutnya, seharusnya pihak terkait menyewa atau membangun bangunan baru agar kualitas makanan benar-benar terjamin.

"Belajar dari kasus di Jawa, salah satu penyebab banyak siswa keracunan adalah makanan yang tidak higienis," ujarnya.

Awalnya, dapur MBG di Suli telah dinyatakan memenuhi syarat verifikasi dan dijadwalkan mulai beroperasi pada 6 Oktober 2025. Dapur ini ditargetkan menyiapkan makanan bergizi bagi ribuan siswa di wilayah tersebut.

Baca Juga: 100 Ribu Guru di Sulsel Bakal Nikmati Makan Bergizi Gratis

Namun, menyusul munculnya keresahan masyarakat, pihak SPPG akhirnya menunda jadwal operasional dapur tersebut.

Koordinator Wilayah SPPG Kabupaten Luwu, Taliya mengakui bahwa bangunan yang digunakan memang awalnya dipersiapkan untuk sarang walet. Namun sekarang ini sudah dibersihkan.

"Bangunan itu sudah dibersihkan. Lubang-lubangnya ditutup dan tidak pernah ada aktivitas walet," ujarnya.

Taliya menegaskan bahwa verifikasi dilakukan setelah bangunan dinilai layak dan bersih. Namun, karena muncul opini publik yang meragukan, pihaknya memilih menunda pengoperasian sambil berkonsultasi dengan stakeholder terkait.

"Kami terima sarannya. Untuk sementara belum jalan dulu sambil diskusi ulang," katanya.

Ia menambahkan, evaluasi akan dilakukan agar proses verifikasi dapur MBG di lapangan ke depan lebih baik.

"Kita akan evaluasi lagi supaya tidak ada kejadian seperti ini," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dapur MBG Suli, Ade Reza Syahputra Aris membantah anggapan bahwa bangunan tersebut masih berfungsi sebagai sarang burung walet. Ia menyebut, rencana menjadikan bangunan itu sebagai rumah walet sudah dibatalkan pemilik sejak lama.

"Tidak benar ada aktivitas walet di situ. Menurut pemilik, malah rencananya mau dijadikan penginapan, bukan sarang walet. Bahkan di dalamnya sudah dibuat kamar-kamar," kata Reza.

Ia menjelaskan bangunan tersebut kini telah diubah total menjadi dapur MBG. Lubang-lubang walet ditutup rapat, baik di bagian depan maupun samping.

"Di depan sudah ditutup baliho, sampingnya pakai kalsiboard. Jadi jelas kalau ini dapur SPPG," ujarnya.

Pengalaman kasus keracunan massal akibat makanan sekolah di beberapa daerah menjadi pengingat bahwa kualitas dapur dan proses produksi makanan tidak boleh diabaikan.

Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) telah mencatat 6.452 anak menjadi korban keracunan MBG hingga 21 September 2025.

Maraknya kasus keracunan MBG juga langsung ditanggapi serius Presiden Prabowo Subianto.

Presiden Prabowo menegaskan segera mengambil langkah cepat terkait maraknya kasus keracunan akibat program MBG tersebut.

Pernyataan itu disampaikan Presiden, Sabtu, 27 September 2025, setibanya di Tanah Air usai melakukan kunjungan kerja ke luar negeri selama sepekan.

Prabowo mengatakan, masalah ini menjadi perhatian serius pemerintah. Kepala Negara akan memanggil Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana guna membahas permasalahan pelaksanaan MBG.

Prabowo menilai, kasus keracunan MBG bukanlah persoalan kecil. Melainkan masalah besar yang menyangkut hajat hidup masyarakat luas.

Prabowo mengakui ada kekurangan dalam pelaksanaan di lapangan, tetapi pemerintah memastikan mampu menyelesaikannya.

"Ini masalah besar, jadi pasti ada kekurangan dari awal, tapi saya juga yakin kita akan selesaikan dengan baik, kita harus waspada jangan sampai ini di politisasi," tegasnya.

Kontributor : Lorensia Clara Tambing

Load More