- Perjalanan hanya bisa ditempuh dengan ojek. Biayanya Rp600 ribu.
- Dorong motor sambil pikul beras untuk bekal di sekolah selama sebulan
- Kisah Lusiana menegaskan jurang ketimpangan yang nyata
Berdasarkan lampiran beleid tersebut, pada poin keenam 8 Program Hasil Terbaik Cepat, tertulis kenaikan gaji bakal diberlakukan untuk ASN, TNI/Polri, dan pejabat negara.
Sementara dalam Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2024 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2025 yang sebelumnya, tidak tertulis ada kenaikan pejabat negara.
Pada poin keenam tertulis gaji ASN guru dan dosen termasuk yang dinaikkan.
Presiden Prabowo Subianto menegaskan kenaikan gaji itu sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan aparatur negara.
Namun, bagi Lusiana dan tiga rekannya di Mappak, kenaikan gaji hanyalah kabar jauh. Hak dasar mereka berupa tunjangan khusus yang dijanjikan negara justru tidak sampai.
Lusiana sudah dipanggil dalam rapat dengar pendapat bersama komisi I DPRD Tana Toraja. Mereka dijanji tunjangan tersebut akan segera cair.
Namun, kisah Lusiana menegaskan jurang ketimpangan yang nyata. Pemerintah pusat bisa cepat mengurus kenaikan gaji pejabat, tetapi lamban menjamin hak guru yang menjadi ujung tombak pendidikan di pelosok negeri.
Hidup di Tengah Keterbatasan
Sehari-hari, Lusiana tinggal di rumah dinas sederhana yang dibangun secara gotong royong oleh warga setempat.
Baca Juga: Viral Siswa Aniaya Guru Disaksikan Polisi, Publik Geram!
Kayu-kayu dipikul dari hutan tanpa bayaran, hanya demi memastikan para guru punya tempat berteduh.
"Nanti pulang ke rumah di akhir bulan. Jadi kita ke rumah untuk ambil kebutuhan pokok," sebutnya.
Sudah tiga tahun lebih ia hidup dengan fasilitas seadanya. Kelas jauh itu memiliki enam ruang, tiga di antaranya harus dipakai untuk mengajar dua kelas sekaligus.
Jumlah siswanya hanya 21 orang. Lusiana mengajar kelas rangkap. Kelas 1 digabung dengan 2, 3 dengan 4, dan 5 dengan 6.
Di tengah keterbatasan jaringan internet, ia dan murid-muridnya harus naik bukit sejauh 1,5 kilometer hanya untuk mendapat sinyal telepon. Listrik pun mengandalkan turbin kecil yang mati bila debit air menurun.
Meski penuh kesulitan, semangat anak-anak di Mappak tak pernah surut.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
- 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
Pilihan
-
Tragedi Pilu dari Kendal: Ibu Meninggal, Dua Gadis Bertahan Hidup dalam Kelaparan
-
Menko Airlangga Ungkap Rekor Kenaikan Harga Emas Dunia Karena Ulah Freeport
-
Emas Hari Ini Anjlok! Harganya Turun Drastis di Pegadaian, Antam Masih Kosong
-
Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
-
Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
Terkini
-
Prabowo Minta Perluas Pembangunan Jaringan Kereta Api di Sulawesi
-
Donggala Diguncang Gempa, BMKG: Waspada Bangunan Retak
-
UNM Belum Terima Surat Penonaktifan Prof Karta Jayadi Sebagai Rektor
-
Isi Surat Menteri: Mantan Rektor UNM Karta Jayadi Terancam Hukuman Disiplin Berat
-
Ironi Gubernur Riau: Dari Cleaning Service Hingga Ditangkap KPK