Muhammad Yunus
Selasa, 03 Juni 2025 | 21:05 WIB
Ilustrasi - Warga berada di kawasan dilarang merokok [Suara.com/ANTARA]

Rasa buatan yang dicampur dengan nikotin justru menjadi kombinasi berbahaya, terutama bagi remaja yang cenderung lebih tertarik mencoba vape dibandingkan rokok biasa.

Asap Rokok Elektrik Sama Berbahayanya

Mitos bahwa rokok elektrik tidak menghasilkan asap seperti rokok konvensional juga perlu diluruskan.

Menurut dr. Aditya, asap dari vape tetap dapat merusak saluran napas, termasuk silia — rambut-rambut halus di saluran pernapasan yang berfungsi menyaring kotoran, debu, dan kuman.

Asap vape bisa membuat silia lumpuh dan tak berfungsi. Akibatnya, kotoran dan mikroorganisme masuk ke paru-paru tanpa penyaringan, memicu gejala seperti:

- Batuk terus-menerus

- Produksi dahak berlebihan

- Sesak napas

- Mengi, terutama pada penderita asma

Baca Juga: Pasien Anak Rawat Inap Akibat Rokok Elektrik Melonjak 733 Persen Sejak 2020

- Dalam jangka panjang, hal ini bisa menyebabkan penurunan fungsi paru-paru secara permanen.

Risiko Jangka Panjang: PPOK, Bronkitis, dan Asma

Lebih jauh, dr. Aditya mengungkapkan bahwa 15-20 persen perokok aktif dan pasif, termasuk pengguna vape, berisiko mengalami Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK).

Ini adalah penyakit yang menyebabkan penyempitan saluran napas secara bertahap dan tidak bisa disembuhkan sepenuhnya. Selain PPOK, paparan asap rokok atau vape juga meningkatkan risiko:

- Bronkitis kronik, yaitu peradangan saluran pernapasan yang berlangsung lama

- Asma kambuh lebih sering

Load More